Sabtu, 01 Desember 2018

BALAGHAH: NIDA'


BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang Masalah
Di dalam kehidupan sehari-sehari, kita khususnya masyarakat Indonesia ketika memanggil seseorang atau sesuatu apapun dengun menggunakan kata wahai, hai, ya, dll, misalnya, wahai Ahmad!, hai A’isyah, ya Maryono dan lain sebagainya. Begitu pula dengan Bahasa Arab, di dalam tatanan atau grammatical Bahasa Arab untuk memanggil seseorang atau sesuatu apapun hurup-hurup tertentu yang di kenal orang dengan Huruf al-Nida’.
Maka makalah ini membahas tentang nida dalam bahasa arab yang merupakan bagian dari balghah.

2.    Rumusan Masalah

Berpijak dari latar belakang masalah di atas, sehingga rumusan masalah yang pemakalah timbulkan adalah tentang Huruf al-Nida’
1.      Apakah Pengertian Nida’
2.      Apa Saja Huruf-Huruf Nida
3.      Apa Saja Penyimpangan Makna Nida

3.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Nida’
2.      Untuk Mengetahui  Huruf-Huruf Nida
3.      Untuk Mengetahui Apa Saja Penyimpangan Makna Nida




BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Nida
Nida’ adalah tuntutan mutakalim yang menghendaki seseorang agar menghadapnya. Nida’ menggunakan huruf yang menggantikan lafadzh “unadi” atau “ad’u” yang susunannya dipindah dari kalam khabari menjadi kalam insya’i.
B.  Huruf Nida’
Adapun huruf-huruf nida’ itu ada delapan:[1]
1)      Hamzah (أ)  digunakan untuk munada yang dekat.
2)      Ay (أي) digunakan untuk munada yang dekat.
3)      Yaa (يا) digunakan untuk munada yang dekat dan jauh
4)      Aa (آ) digunakan untuk munada yang jauh.
5)      Aay (آى) digunakan untuk munada yang jauh.
6)      Ayaa (أيا) digunakan untuk munada yang jauh.
7)      Hayaa (هيا) digunakan untuk munada yang jauh.
8)      Waa (وا) digunakan untuk munada yang jauh.
Kadang-kadang munada yang jauh dianggap sebagai munada yang dekat, lalu dipanggil  dengan huruf nida’ hamzah dan ay. Hal ini merupakan isyarah atas dekatnya munada dalam hati orang yang memanggilnya.[2]

Contoh:
أحُسين إنّى واعظٌ ومهذَّبٌ* فافهم فإنّ العاقل المتأدِّب
Artinya:
“wahai husain, sesungguhnya aku memberi nasehat dan mendidikmu, maka pahamilah karena sesungguhnya orang yang berakal itu orang yang mau dididik.”
Kadang-kadang munada yang dekat dianggap sebagai munada yang jauh, lalu di panggil dengan huruf nida’ selain hamzah dan ayy. Hal ini sebagai isyarah atas ketinggian derajat munada atau kerendahan martabatnya, atau kelalaian dan kebekuan hatinya.

Contoh syi’ir abu nuwas:
يا ربِّ إن عظمت ذنوبى كثرة * فلقد علمتُ بأنّ عفواكأعظمُ
Artinya:
“wahai rabbku seandainya dosa-dosaku sangat banyak* maka sesungguhnya aku  tau bahwa pengampunan-Mu lebih besar”
Menurut penilaian pembicara, munada itu rendah kdudukannya. Perbedaan derajat munada yang jauh dibawah pembicara itu seakan-akan sama dengan jarak yang jauh diantara tempat mereka. Huruf nida ya (يا) yang asalnya untuk munada yang jauh juga digunakan untuk yang dekat untuk mengingatkan mereka yang lalai dan hatinya beku. Contoh:

أياجامع الدنيا لغير بلاغه*لمن تجمع الدعا الدنيا
Artinya:
“wahai orang-orang yang menghimpun dunia tanpa batas untuk siapakah engkau menghimpun harta, sedangkan engkau akan meninggal”
C.  PENYIMPANGAN MAKNA NIDA’
Makna-makna diatas merupakan makna nida’ yang asli, tapi dalam beberapa konteks, nida mempunyai makna-makna yang lain yang keluar dari fungsinya semula dikarenakan ada qarinah yang mengharuskan sedemikian. Makna-makna yang menyimpang tersebut adalah sebagai berikut;
1.             Anjuran, mengusung, mendorong atau menyenangkan, seperti perkataan mu kepada orang yang bimbang الإغراء dalam menghadapi musuh
ياشجاع أقدم
2.             Teguran keras/mencegah,الزجر
يا قلب ويحك ماسمعت لناصح # لمَّا ارتميت ولا اتقيت ملاما
“Wahai hati, celaka kamu tidak mau mendengar orang yang menasi-hatimu ketika kau tersudutkan dan tidak dapat menghindari celaan”.

3.             Penyesakan/keresahan dan kesakitan "التحسروالتوجع"allah berfirman dalam surat an-naba ayat 73
يَا لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا
أيا قبر معن كيف واريت جودة # وقد كان منه البرّ والبحر مترعا
“Wahai kubur ma’n, bagaimana kamu menutupi kemurahannya, pada-hal daratan dan lautan dapat berkumpul karenanya”.
4.      Mohon pertolongan "الاستغاثة"
5.      Ratapan/mengaduh " الندبة"
6.      Kasihan "الترحم"
7.      Merasa sayang, menyesal "التأسف"
8.      Keheranan atau kekaguman "التعجب"
9.      Bingung dan gelisah (tidak puas, tidak sabar, bosan) " التحير و التضجر"
10.  Mengingat-ingat "التذكر"
11.  Mengkhususkan الاختصاص, yaitu menuturkan isim dzahir setelah isim dhamir dengan tujuan menjelaskan, seperti firman Allah dalam surat Hud;73
قَالُوا أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ رَحْمَتُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Penggunaan huruf nida’ dengan makna ikhtisas mempunyai beberapa tujuan, yakni sebagai berikut.
a)      Tafakhur, (membanggakan diri). Contoh:
       أنا أكرم الضّيف أيها الرحل
            “Hai orang lelaki! Sayalah tamu yang paling mulia”.
b)     Tawadhu, (merasa rendah hati). Contoh:
         أنا الفقير المسكين أيّها الرّجل
            “Ya tuan, saya adalah seorang yang miskin dan fakir!”.













BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Nida’ adalah tuntutan mutakalim yang menghendaki seseorang agar menghadapnya. Nida’ menggunakan huruf yang menggantikan lafadzh “unadi” atau “ad’u” yang susunannya dipindah dari kalam khabari menjadi kalam insya’i.
Adapun huruf-huruf nida’ itu ada delapan:
1)      Hamzah (أ)  digunakan untuk munada yang dekat.
2)      Ay (أي) digunakan untuk munada yang dekat.
3)      Yaa (يا) digunakan untuk munada yang dekat dan jauh
4)      Aa (آ) digunakan untuk munada yang jauh.
5)      Aay (آى) digunakan untuk munada yang jauh.
6)      Ayaa (أيا) digunakan untuk munada yang jauh.
7)      Hayaa (هيا) digunakan untuk munada yang jauh.
8)      Waa (وا) digunakan untuk munada yang jauh.
B.  Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak mempunyai kekurangan, baik dari segi isi, penulisan, dan referensi, maka dari itu kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik atau saran yang bersifat membangun sangat kami perlukan demi kesempurnaan makalah ini.



                [1] Ali Al Jarim & Musthafa Amin, Terjemahan Al-Balaghah Waadhihah. (Bandung : Penerbit Sinar Baru   Algesindo, 2013), Cet., ke-10, h. 299.
[2] Mamat Zaenuddin dan yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah. (Bandung : PT Refika Aditama, 2007). Cet ke-1, h. 113.

0 komentar:

Posting Komentar