BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan hal penting dalam proses
komunikasi, yang membuat bahasa selalu berkembang. Tidak hanya antar bahasa ibu
akan tetapi bahasa asing, salah atu tujuan dari belajar bahasa supatya dapat
menimba pengetahuan dari negara tersebut. Ketika menginginkan suatu ilmu maka
terlebih dahulu harus menguasai bahasanya. Bahasa arab mempunyai 4 maharah
yaitu; maharah istima, maharah kalam, maharah qira’ah dan maharah kitabah.
Salah satu apek yang sangat penting dalam
proses komunikasi adalah istima’ hal ini berfungsi untuk mengetahui pesan yang
ingin disampaikan oleh sang pembicara, bagaimana mungkin bisa berkomunikasi
dengan baik jika tidak mahir istima’. Oleh karena itu mengingat pentinggnya hal
ini pemakalah memilih tema” metode pengajaran istima’.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari istima,?
2. Bagaimana tahapan istima’?
3. Metode apa saja yang sesuai dengan pembelajaran istima’?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari istima,
2. Untuk mengetahui bagaimana tahapan istima’
3. Untuk mengetahui metode apa saja yang sesuai dengan pembelajaran istima’
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Istima’
Istima’ meupakan isim masdar berasal dari kata istamaa’
yastamiu’ istimaa’n berasal dari fil mujarrad samia’ yasmau’ sama’n kemudian
mengalami penambahan (mazid) alif, syin, dan ta. Maharah istima’ adalah
kemampuan seseorang dalam mencerna dan memahami kata atau kalimat yang
diujarkan oleh mitra bicara atau media tertentu.[1]
Dapat kita pahami bahwa istima’ tidak hanya berfokus pada pendengaran yang
mendengar bunyi huruf secara benar melainkan juga disertai pemahaman terhadap
teks tersebut.
B. Tahapan Istima’
Adapun tahapan tahapan dalam proses menyimak
itu ada 4 yaitu:
1. Latihan pengenalan (identifikasi)
Pada fase ini diknalkan bunyi-bunyi huruf arab
baik yang tunggal maupun yang sudah di sambung dengan huruf-huruf lain dalam
kata-kata.[2] Karena
pada dasarnya semua kata-kata ketika menyimak agar dapat kita pahami maka harus
mengenal huruf-huruf tersebut. Baik menggunakan kaset ataupun dengan
menggunakan alat seperti kaset agar kesalahan pengucapan tidak salah. Maka pada
masa fase ini huruf-huruf hijaiyah, tasydid juga mad harus dikenalkan pada
siswa terlebih dahulu agar mereka dapat memahami tingkatan selanjutnya.
2. Latihan mendengarkan kemudian menirukan
Setelah melakukan proses pengenalan, maka
setiap siswa itu di arahkan untuk tujuan peniruan huruf dengan benar hal ini
bertjuan untuk mempercepat kelancaran lidah dan menambah daya ingat. Walaupun
latihan-latihan menyimak bertujuan melatih pendengaran, tapi dalam praktek
selalu di ikuti dengan latihan pengucapan dan pemahaman.[3]
Latihan yang di ujikan baik berifa fhone, mad, ataupun makhraj huruf.
3. Latihan membaca dan mendengar
Biasanya guru menyediakan teks atau materi
yang sudah direkam dan siswa membaca teks tersebut (dalam hati) mengikuti
materi yg diperdengarkan.[4]
Biasanya penyajian teks ini disesuaikan dengan tingkatan siswatersebut, beda
antara tingkat MI, MTS, dan MAN. Kenapa demikian? Karena jumlah kosa kata yg
mereka hafal tentu saja berbeda yang membuat mereka lebih variasi, maka pada
tingkat pemula dibacakan teks yg sederhana.
4. Latihat melihat dan mendengar
Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan menyimak siswa, dengan cara memperlihatkan teks atau materi lalu
memutar suara tentang teks tersebut, dengan sendirinya mereka akan lebih paham.
Ketika sudah mahir maka bisa juga dilakukan dengan proses mendengarkan kemudian
memperagakan.
C. Metode Yang Cocok Dalam Pembelajaran Istima’
Adapun metode-metode yang bisa dilakukan dalam
maharah istima’ antara lain:
1. Metode Audiolingual
a. Pengertian
Metode audiolingual adalah metode yang berdasarkan kepada
pendekatan struktural (memfokuskan perhatian kepada struktur bahasa) dalam
pengajaran bahasa. Sebagai implikasinya metode ini menekankan penelaahan dan
pendeskripsian suatu bahasa yang akan dipelajari dengan memulainya dari sistem
bunyi (fonologi), kemudian sistem pembentukan kata (morfologi), dan sistem
pembentukan kalimat (sintaksis). Serta ditekankan juga kepada sistem tekanan,
nada, dll. Maka bahasa tujuan diajarkan dengan memerhatikan lafal kata dan pada
latihan berkali-kali (drill) secara intensif. [5] Artinya pembelajaran bahasa itu dimulai dari
pendengaran yang disertai pemahaman. Yang tentu saja berkaitan dengan phone (suara). Bahasa
itu adalah ujaran dn ujaran arus dipahami (menyimak).
b.
Langkah-langkah
penggunaan metode audiolingual
1)
Pendahuluan,
berkaitan dengan materi yang akan disajikan baik berupa apersepsi atau tes awal
tentang materi atau yang lainnya.
1)
Penyajian
dialog/bacaan pendek yang dibacakan oleh guru berulang kali, sedangkan pelajar menyimaknya
tanpa melihat teks.
2)
Peniruan
secara serentak dan penghapalan dialog/bacaan pendek. Dikenal dengan teknik
“peniruan-penghapalan” (mimicry-memorization technique/uslub al-muhakah
wal-hifzh).
3)
Penyajian
pola-pola kalimat atau struktur bahasa dan kosakata yang terdapat dalam
dialog/bacaan yang dianggap sulit dengan teknik drill.
4)
Dramatisasi
(menggunakan dialog/bacaan yang telah di hapal di muka kelas).
5)
Pembentukan
kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola-pola kalimat yang sudah
dilatihkan.
6)
Penutupan
(jika diperlukan) dengan memberikan tugas.
c.
Kelebihan
dan kekurangan
Beberapa
kelebihan yang terdapat pada metode audiolingual yaitu :
a. peserta didik menjadi terampil dalam membuat pola-pola kalimat yang
diajarkan melalui teknik drill, mempunyai lafal yang baik dan benar, dan terus
menerus memberi respon pada materi yang diberikan oleh guru.
b. Para pelajar mempunyai pelafalan yang bagus.
c. Suasana kelas hidup karena para pelajar tidak diam harus terus-menerus
merespon stimulus guru[6]
d. Di samping pemahaman, metode ini juga bisa meningkatkan kemampuan
pembentukan kata, kemudian pembentukan kalimat.
Sedangkan beberapa kelemahan pada metode audiolingual adalah
sebagai berikut:[7]
1)
Peserta
didik cenderung memberikan respon secara serentak (atau secara individual) seperti
“membeo” dan sering tidak mengetahui makna yang diucapkannya.
2)
Peserta
didik tidak diberi latihan dalam makna-makna lain dari kalimat yang dilatih
berdasarkan konteks.
3)
Peserta
didik tidak berperan aktif karena penguasaan kegiatan dalam kelas dikuasai
sepenuhnya oleh guru.
4)
Metode
ini berpendirian bahwa jika pada tahap-tahap awal peserta didik tidak/belum
mengerti makna dari kalimat-kalimat yang ditirunya, tidak dianggap sebagai hal
yang meresahkan. Selanjunya dengan menyimak apa yang dikatakan oleh guru,
memberi respon yang benar, dan melakukan semua tugas tanpa salah, pelajar sudah
dianggap belajar bahasa tujuan dengan benar.
2. Phonetic Method
a. Pengertian
Metode phonetic adalah metode yang menyajikan pelajaran bahasa melalui latihan mendengarkan kemudian diikuti
dengan latihan mengucapkan kata-kata dalam bahasa yang sedang di pelajari[8].
Dari namanya saja kita tau bahwa metode ini merupaka metode yang erat dengan
suara yang tentunya pada pendengaran
(istima’).
Metode ini terkenal dengan reform method atau oral method dan erat kaitanya
dengan direct method. Kaidah metode ini dengan pelajaran awal diberikan dengan
latihan-latihan mendengarkan atau hear tranning, kemudian diikuti dengan
latihan-latihan mengucapkan bunyi lebih dahulu, setelah itu kata-kata pendek
dan akhirnya kalimat yang lebih panjang, kalimat-kalimat tersebut kemudian
dirangkaikan menjadi percakapan dan ceritera. Materi pelajaran ditulis dalam
notasi fonetik, bukan ejaan sebagaimana lazimnya. Gramatika diajarkan ecara
induktif, dan pengajaran mengarang terdiri dari reproduksi, dari yang telah
didengar dan di baca.[9]
b. Lagkah-langkah presentasi
Adapun langkah-langkah metode ini adalah:[10]
1. Guru membacakan bacaan-bacaan bahasa asing di depan kelas, siswa
mendengarkan dan mempraktikan baik-baik bacaan tersebut.
2. Seri-seri dalam bacaan itu hendaknya disusun sedemikian rupa hingga menjadi
bahan bacaan yang sempurna/berkelanjutan.
3. Guru dapat menghentikan seri-seri pelajaran tertentu jika seri pelajaran
tersebut sudah di anggap selesai dan dikuasai anak didik
4. Setelah pelajaran membaca selesai, latihan percakapan dapat dilakukan
5. Untuk memperjelas ucapan, metode ini mengunakan alat peraga
6. Pada akhir materi pelajaran, guru hendaknya memberikan latihan-latihan
praktis membaca dan latihan percakapan (PR).
c.
Kelebihan
dan kekurangan metode phonetic
Menurut penulis, adapun kelebihan
dari metode ini adalah:
1.
Siswa
akan mempunyai mufradat baru dari settap istima’ yang dilakukan
2.
Membuat
istima’ siswa semakin bagus karena berfokus pada phone
3.
Membuat
siswa lebih berkonsentrasi tinggi
4.
Tidak
membosankan, kaeena menggunakan audio visual
Adapun kekuranggan dari metode ini
adalah:
1.
Siswa
akan sulit melakukan proses kitabah karena berfokus pada istima’
2.
Prosesnya
memakan waktu yang lama terlebih dalam ujian
3.
Dan
siswa tidak memahami makna dari apa yng didengar tersebut.
3. Metode Aural-Oral
a. Pengertian
Menurut metode ini, bahasa itu adalah apa yang
di dengar dan apa yang diucapkan, yang berimplikasi kepada perkembangan
komunikasi interaktif antar individu. Metode ini juga berangkat dari asumsi
dasar yakni bahasa yang pertama adalah ujaran. Oleh karena itu, pembelajaran
harus dimulai dari memperdengarkan bunyi-bunyi baik berbentuk kata atau
kalimat, lalu diucapkannya.
Adapun fokus kajian metode aural-oral adalah
empat keterampilan bahasa, yaitu bagaimana mendengar, berbicara, membaca, dan
menulis.[11] Biasanya untuk mendapatkan kemampuan maharah yang empat, baik istima’, kalam, qira’a
dan kitabah diperlukan metode yang mencakup semua aspek tersebut.
b. Langkah-langkah presetasi
Adapun langkah-langkah presentasi menggunakan
metode ini adalah:[12]
1. Langkah mendengarkan, dalam langkah ini peserta didik mendengarkan dialog,
ragam pola kalimat dalam kaset, atau ujaran pendidik berulang kali, sehingga
mereka mampu untuk membedakan antara bunyi-bunyi kalimat, stressing, dan
intonasi.
2. Langkah repetitif, langkah ini terbagi dua:
a. Repetisi kolektif
Peserta didik mengulangi materi pelajaran
setelah kaset (pendidik) yang dilakukan berulang kali dengan suara keras,
kemudian perkelompok.
b. Repetisi individual
Repetisi yang dilakukan per individu oleh
peserta didik setelah aktifitas repetisi kolektif dengan suara yang keras.
3. Langkah eksplanasi
a. Pendidik menggunakan media pembelajaran untuk menjelakan arti
b. Penjelasan materi menggunakan bahasa arab
4. Langkah polakalimat
Langkah ini dilakukan peserta didik ketika
merangkaikan kalimat dialog dengan baik, kemudian aktifitas ini diubah dengan
menyajikan latihan pola-pola melalui aneka cara penyusunan, dan pola kalimat
tersebut adalah yang terdiri dari dialog tadi.
5. Langkah generalisasi
Langkah ini dilakukan ketika peserta didik
sudah mencapai level yang mudah didalam menerima susunan kalimat tertentu, maka
berikutnya pendidik menyajikan beberapa teks terhadap peserta didik secara
general dalam lingkup susunan kalimat tertentu tadi
6. Langkah membaca
Langkah ini direalisasikan peserta didik
dengan membaca keras apa yang telah mereka hafal dan dapatkan dari proses
latihan mengucap.
7. Langkah menulis
Langkah ini diaplikasikan terhadap peserta
didik dengan mengajarkan mereka ketermpilan menulis terlebih dahulu, dengan
cara mentransfer kata-kata/istilah-istilah yang ada dalam teks yang telah
dibaca, kemudian mereka diperintahkan untuk menulis laporan dengan format
tema-tema dari apa yang telah dipelajarinya di ruang kelas.
8. Langkh menerjemah
Setelah peserta didik menguasai secara tuntas
ke empat maharah walau sederhana, yaitu dengan menyajikan teks-teks sederhana
untuk diterjemahkan sebagai bahan latihan tarjamah
c. Kelebihan dan kekurangan
Adapun kelebihan dari metode Aural-Oral ini
adalah:
1. Akan menciptakan kebiasaan berbahasa arab bagi peserta didik
2. Memudahkan siswa dalam proses belajar karena sudah menggunakan alat bantu
3. Meminimalisir kesalahan ujaran oleh pendidik (kaset) karena langsung
dituturkan oleh penutur bahsasa asli
4. Pembelajarannya bisa berurutan langsung antar maharah
5. Membuat penguasaan setiap maharah yang nanti memudahkan siswa dalam aspek
tersebut
Adapun kekurangan dari metode Aural-Oral adalah:
1. Menghafal dan menirukan pendidik (pita rekaman) terkadang menimbulkan rasa
bosan dikalangan peserta didik[13]
2. Metode ini baik bagi siswa yang ber IQ sedang dan tidak bagi yang ber IQ
tinggi
3. Membuthkan pendidik yang berwawasan luas dan baik pengucapan dan intonasi
dalam bahasa arab
[1] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2014, Hal 130.
[6] Aziz Fakhrurrozi, Erta Mahyudin. Pembelajaran Bahasa Arab.
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementrian Agama. 2012. Hal 98.
[9] Juwairiah dahlan. Metode Belajar Mengajar...Hal 112.
[10] Ahmad Izzan. Metodologi
pmbelajaran Hal 91.
[11] Zulhnna. Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif. cet ke 2.
Jakarta: PT RajaGrafindo, 2015 Hal 47.
0 komentar:
Posting Komentar