Selasa, 27 November 2018

METODE PENGAJARAN ISTIMA'

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan hal penting dalam proses komunikasi, yang membuat bahasa selalu berkembang. Tidak hanya antar bahasa ibu akan tetapi bahasa asing, salah atu tujuan dari belajar bahasa supatya dapat menimba pengetahuan dari negara tersebut. Ketika menginginkan suatu ilmu maka terlebih dahulu harus menguasai bahasanya. Bahasa arab mempunyai 4 maharah yaitu; maharah istima, maharah kalam, maharah qira’ah dan maharah kitabah.
Salah satu apek yang sangat penting dalam proses komunikasi adalah istima’ hal ini berfungsi untuk mengetahui pesan yang ingin disampaikan oleh sang pembicara, bagaimana mungkin bisa berkomunikasi dengan baik jika tidak mahir istima’. Oleh karena itu mengingat pentinggnya hal ini pemakalah memilih tema” metode pengajaran istima’.
B.  Rumusan Masalah
1.      Apakah definisi dari istima,?
2.      Bagaimana tahapan istima’?
3.      Metode apa saja yang sesuai dengan pembelajaran istima’?

C.  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui definisi dari istima,
2.      Untuk mengetahui bagaimana tahapan istima’
3.      Untuk mengetahui metode apa saja yang sesuai dengan pembelajaran istima’


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Istima’
Istima’ meupakan isim masdar berasal dari kata istamaa’ yastamiu’ istimaa’n berasal dari fil mujarrad samia’ yasmau’ sama’n kemudian mengalami penambahan (mazid) alif, syin, dan ta. Maharah istima’ adalah kemampuan seseorang dalam mencerna dan memahami kata atau kalimat yang diujarkan oleh mitra bicara atau media tertentu.[1] Dapat kita pahami bahwa istima’ tidak hanya berfokus pada pendengaran yang mendengar bunyi huruf secara benar melainkan juga disertai pemahaman terhadap teks tersebut.
B.  Tahapan Istima’
Adapun tahapan tahapan dalam proses menyimak itu ada 4 yaitu:
1.      Latihan pengenalan (identifikasi)
Pada fase ini diknalkan bunyi-bunyi huruf arab baik yang tunggal maupun yang sudah di sambung dengan huruf-huruf lain dalam kata-kata.[2] Karena pada dasarnya semua kata-kata ketika menyimak agar dapat kita pahami maka harus mengenal huruf-huruf tersebut. Baik menggunakan kaset ataupun dengan menggunakan alat seperti kaset agar kesalahan pengucapan tidak salah. Maka pada masa fase ini huruf-huruf hijaiyah, tasydid juga mad harus dikenalkan pada siswa terlebih dahulu agar mereka dapat memahami tingkatan selanjutnya.
2.      Latihan mendengarkan kemudian menirukan
Setelah melakukan proses pengenalan, maka setiap siswa itu di arahkan untuk tujuan peniruan huruf dengan benar hal ini bertjuan untuk mempercepat kelancaran lidah dan menambah daya ingat. Walaupun latihan-latihan menyimak bertujuan melatih pendengaran, tapi dalam praktek selalu di ikuti dengan latihan pengucapan dan pemahaman.[3] Latihan yang di ujikan baik berifa fhone, mad, ataupun makhraj huruf.


3.      Latihan membaca dan mendengar
Biasanya guru menyediakan teks atau materi yang sudah direkam dan siswa membaca teks tersebut (dalam hati) mengikuti materi yg diperdengarkan.[4] Biasanya penyajian teks ini disesuaikan dengan tingkatan siswatersebut, beda antara tingkat MI, MTS, dan MAN. Kenapa demikian? Karena jumlah kosa kata yg mereka hafal tentu saja berbeda yang membuat mereka lebih variasi, maka pada tingkat pemula dibacakan teks yg sederhana.
4.      Latihat melihat dan mendengar
Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa, dengan cara memperlihatkan teks atau materi lalu memutar suara tentang teks tersebut, dengan sendirinya mereka akan lebih paham. Ketika sudah mahir maka bisa juga dilakukan dengan proses mendengarkan kemudian memperagakan.
C.  Metode Yang Cocok Dalam Pembelajaran Istima’
Adapun metode-metode yang bisa dilakukan dalam maharah istima’ antara lain:
1.      Metode Audiolingual
a.       Pengertian
Metode audiolingual adalah metode yang berdasarkan kepada pendekatan struktural (memfokuskan perhatian kepada struktur bahasa) dalam pengajaran bahasa. Sebagai implikasinya metode ini menekankan penelaahan dan pendeskripsian suatu bahasa yang akan dipelajari dengan memulainya dari sistem bunyi (fonologi), kemudian sistem pembentukan kata (morfologi), dan sistem pembentukan kalimat (sintaksis). Serta ditekankan juga kepada sistem tekanan, nada, dll. Maka bahasa tujuan diajarkan dengan memerhatikan lafal kata dan pada latihan berkali-kali (drill) secara intensif. [5] Artinya pembelajaran bahasa itu dimulai dari pendengaran yang disertai pemahaman. Yang tentu saja berkaitan dengan phone (suara). Bahasa itu adalah ujaran dn ujaran arus dipahami (menyimak).
b.      Langkah-langkah penggunaan metode audiolingual
1)      Pendahuluan, berkaitan dengan materi yang akan disajikan baik berupa apersepsi atau tes awal tentang materi atau yang lainnya.
1)      Penyajian dialog/bacaan pendek yang dibacakan oleh guru berulang kali, sedangkan pelajar menyimaknya tanpa melihat teks.
2)      Peniruan secara serentak dan penghapalan dialog/bacaan pendek. Dikenal dengan teknik “peniruan-penghapalan” (mimicry-memorization technique/uslub al-muhakah wal-hifzh).
3)      Penyajian pola-pola kalimat atau struktur bahasa dan kosakata yang terdapat dalam dialog/bacaan yang dianggap sulit dengan teknik drill.
4)      Dramatisasi (menggunakan dialog/bacaan yang telah di hapal di muka kelas).
5)      Pembentukan kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola-pola kalimat yang sudah dilatihkan.
6)      Penutupan (jika diperlukan) dengan memberikan tugas.
c.       Kelebihan dan kekurangan
Beberapa kelebihan yang terdapat pada metode audiolingual yaitu :
a.       peserta didik menjadi terampil dalam membuat pola-pola kalimat yang diajarkan melalui teknik drill, mempunyai lafal yang baik dan benar, dan terus menerus memberi respon pada materi yang diberikan oleh guru.
b.      Para pelajar mempunyai pelafalan yang bagus.
c.       Suasana kelas hidup karena para pelajar tidak diam harus terus-menerus merespon stimulus guru[6]
d.      Di samping pemahaman, metode ini juga bisa meningkatkan kemampuan pembentukan kata, kemudian pembentukan kalimat.
Sedangkan beberapa kelemahan pada metode audiolingual adalah sebagai berikut:[7]
1)      Peserta didik cenderung memberikan respon secara serentak (atau secara individual) seperti “membeo” dan sering tidak mengetahui makna yang diucapkannya.
2)      Peserta didik tidak diberi latihan dalam makna-makna lain dari kalimat yang dilatih berdasarkan konteks.
3)      Peserta didik tidak berperan aktif karena penguasaan kegiatan dalam kelas dikuasai sepenuhnya oleh guru.
4)      Metode ini berpendirian bahwa jika pada tahap-tahap awal peserta didik tidak/belum mengerti makna dari kalimat-kalimat yang ditirunya, tidak dianggap sebagai hal yang meresahkan. Selanjunya dengan menyimak apa yang dikatakan oleh guru, memberi respon yang benar, dan melakukan semua tugas tanpa salah, pelajar sudah dianggap belajar bahasa tujuan dengan benar.

2.      Phonetic Method
a.       Pengertian
Metode phonetic adalah metode yang menyajikan pelajaran bahasa  melalui latihan mendengarkan kemudian diikuti dengan latihan mengucapkan kata-kata dalam bahasa yang sedang di pelajari[8]. Dari namanya saja kita tau bahwa metode ini merupaka metode yang erat dengan suara yang tentunya pada pendengaran (istima’).
Metode ini terkenal dengan reform method atau oral method dan erat kaitanya dengan direct method. Kaidah metode ini dengan pelajaran awal diberikan dengan latihan-latihan mendengarkan atau hear tranning, kemudian diikuti dengan latihan-latihan mengucapkan bunyi lebih dahulu, setelah itu kata-kata pendek dan akhirnya kalimat yang lebih panjang, kalimat-kalimat tersebut kemudian dirangkaikan menjadi percakapan dan ceritera. Materi pelajaran ditulis dalam notasi fonetik, bukan ejaan sebagaimana lazimnya. Gramatika diajarkan ecara induktif, dan pengajaran mengarang terdiri dari reproduksi, dari yang telah didengar dan di baca.[9]
b.      Lagkah-langkah presentasi
Adapun langkah-langkah metode ini adalah:[10]
1.    Guru membacakan bacaan-bacaan bahasa asing di depan kelas, siswa mendengarkan dan mempraktikan baik-baik bacaan tersebut.
2.    Seri-seri dalam bacaan itu hendaknya disusun sedemikian rupa hingga menjadi bahan bacaan yang sempurna/berkelanjutan.
3.    Guru dapat menghentikan seri-seri pelajaran tertentu jika seri pelajaran tersebut sudah di anggap selesai dan dikuasai anak didik
4.    Setelah pelajaran membaca selesai, latihan percakapan dapat dilakukan
5.    Untuk memperjelas ucapan, metode ini mengunakan alat peraga
6.    Pada akhir materi pelajaran, guru hendaknya memberikan latihan-latihan praktis membaca dan latihan percakapan (PR).
c.       Kelebihan dan kekurangan metode phonetic
Menurut penulis, adapun kelebihan dari metode ini adalah:
1.      Siswa akan mempunyai mufradat baru dari settap istima’ yang dilakukan
2.      Membuat istima’ siswa semakin bagus karena berfokus pada phone
3.      Membuat siswa lebih berkonsentrasi tinggi
4.      Tidak membosankan, kaeena menggunakan audio visual

Adapun kekuranggan dari metode ini adalah:
1.      Siswa akan sulit melakukan proses kitabah karena berfokus pada istima’
2.      Prosesnya memakan waktu yang lama terlebih dalam ujian
3.      Dan siswa tidak memahami makna dari apa yng didengar tersebut.

3.      Metode Aural-Oral
a.       Pengertian
Menurut metode ini, bahasa itu adalah apa yang di dengar dan apa yang diucapkan, yang berimplikasi kepada perkembangan komunikasi interaktif antar individu. Metode ini juga berangkat dari asumsi dasar yakni bahasa yang pertama adalah ujaran. Oleh karena itu, pembelajaran harus dimulai dari memperdengarkan bunyi-bunyi baik berbentuk kata atau kalimat, lalu diucapkannya.
Adapun fokus kajian metode aural-oral adalah empat keterampilan bahasa, yaitu bagaimana mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.[11] Biasanya untuk mendapatkan kemampuan maharah yang empat, baik istima’, kalam, qira’a dan kitabah diperlukan metode yang mencakup semua aspek tersebut.


b.      Langkah-langkah presetasi
Adapun langkah-langkah presentasi menggunakan metode ini adalah:[12]
1.      Langkah mendengarkan, dalam langkah ini peserta didik mendengarkan dialog, ragam pola kalimat dalam kaset, atau ujaran pendidik berulang kali, sehingga mereka mampu untuk membedakan antara bunyi-bunyi kalimat, stressing, dan intonasi.
2.      Langkah repetitif, langkah ini terbagi dua:
a.       Repetisi kolektif
Peserta didik mengulangi materi pelajaran setelah kaset (pendidik) yang dilakukan berulang kali dengan suara keras, kemudian perkelompok.
b.      Repetisi individual
Repetisi yang dilakukan per individu oleh peserta didik setelah aktifitas repetisi kolektif dengan suara yang keras.
3.      Langkah eksplanasi
a.       Pendidik menggunakan media pembelajaran untuk menjelakan arti
b.      Penjelasan materi menggunakan bahasa arab
4.      Langkah polakalimat
Langkah ini dilakukan peserta didik ketika merangkaikan kalimat dialog dengan baik, kemudian aktifitas ini diubah dengan menyajikan latihan pola-pola melalui aneka cara penyusunan, dan pola kalimat tersebut adalah yang terdiri dari dialog tadi.
5.      Langkah generalisasi
Langkah ini dilakukan ketika peserta didik sudah mencapai level yang mudah didalam menerima susunan kalimat tertentu, maka berikutnya pendidik menyajikan beberapa teks terhadap peserta didik secara general dalam lingkup susunan kalimat tertentu tadi
6.      Langkah membaca
Langkah ini direalisasikan peserta didik dengan membaca keras apa yang telah mereka hafal dan dapatkan dari proses latihan mengucap.
7.      Langkah menulis
Langkah ini diaplikasikan terhadap peserta didik dengan mengajarkan mereka ketermpilan menulis terlebih dahulu, dengan cara mentransfer kata-kata/istilah-istilah yang ada dalam teks yang telah dibaca, kemudian mereka diperintahkan untuk menulis laporan dengan format tema-tema dari apa yang telah dipelajarinya di ruang kelas.
8.      Langkh menerjemah
Setelah peserta didik menguasai secara tuntas ke empat maharah walau sederhana, yaitu dengan menyajikan teks-teks sederhana untuk diterjemahkan sebagai bahan latihan tarjamah
c.       Kelebihan dan kekurangan
Adapun kelebihan dari metode Aural-Oral ini adalah:
1.      Akan menciptakan kebiasaan berbahasa arab bagi peserta didik
2.      Memudahkan siswa dalam proses belajar karena sudah menggunakan alat bantu
3.      Meminimalisir kesalahan ujaran oleh pendidik (kaset) karena langsung dituturkan oleh penutur bahsasa asli
4.      Pembelajarannya bisa berurutan langsung antar maharah
5.      Membuat penguasaan setiap maharah yang nanti memudahkan siswa dalam aspek tersebut
Adapun kekurangan dari metode Aural-Oral adalah:
1.      Menghafal dan menirukan pendidik (pita rekaman) terkadang menimbulkan rasa bosan dikalangan peserta didik[13]
2.      Metode ini baik bagi siswa yang ber IQ sedang dan tidak bagi yang ber IQ tinggi
3.      Membuthkan pendidik yang berwawasan luas dan baik pengucapan dan intonasi dalam bahasa arab








[1] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014, Hal 130.
[2] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran.....hal 131.
[3] Ahmad Fuad Effendy. Metodologi... hal 131
[4] Ahmad Fuad Effendy. Metodologi.... hal 133
[5] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran,... Hal 184-192.
[6] Aziz Fakhrurrozi, Erta Mahyudin. Pembelajaran Bahasa Arab. Direktorat Jenderal Pendidikan  Islam Kementrian Agama. 2012. Hal 98.
[7] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran,... Hal 191.
[8] Ahmad  Izzan. Metodologi pmbelajaran bahasa arab. Bandung: Humaniora. Cet ke-3 2009. Hal 91
[9] Juwairiah dahlan. Metode Belajar Mengajar...Hal 112.
[10] Ahmad  Izzan. Metodologi pmbelajaran Hal 91.
[11] Zulhnna. Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif. cet ke 2. Jakarta: PT RajaGrafindo, 2015 Hal  47.
[12] Zulhnna. Teknik Pembelajaran.....hal 49-51.
[13] Zulhnna. Teknik Pembelajaran.....hal 49.

0 komentar:

Posting Komentar