NAMA : HENDRYANIS
NPM : 16 1602 9061
PRODI : PENDIDIKAN BAHASA ARAB
KAMPUS: STAIN GAJAH PUTIH TAKENGON ACEH
JUDUL
ARTIKEL:
“KEKUATAN
ARUS REVOLUSI
INDUSTRI 4.0 TERHADAP ALUMNI TARBIYAH”
A. Latar Belakang Masalah
Industri adalah kegiatan memproses atau
mengelola barang dengan menggunakan sarana dan peralatan[1].
Seiring berjalannya waktu manusia terus berinovasi dalam memudahkan manusia
dalam segala hal. Dan akhir-akhir ini profesi manusia digantikan oleh mesin
sehingga manusia akan bersaing dengan buatan manusia itu sendiri.
Sejarah
telah membuktikan bahwa revolusi industri 4.0 merupakan fase keempat dari
perjalanan sejarah revolusi industri yang dimulai pada abad ke-18. Menurut Prof Schwab,
dunia mengalami empat revolusi industri.[2]
Revolusi industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap untuk mendukung mesin
produksi, kereta api dan kapal layar. Ditemukannya energi listrik dan konsep
pembagian tenaga kerja untuk menghasilkan produksi dalam jumlah besar pada awal
abad 19 telah menandai lahirnya revolusi industri 2.0. Selanjutnya terjadi kembali revolusi industri
3.0 yang ditandai dengan penyesuaian massal dan fleksibilitas manufaktur
berbasis otomasi dan robot. Penggunaan teknologi komputer untuk otomasi
manufaktur mulai tahun 1970-an[3].
Di era Revolusi Industri 4.0, berkisar 75-375 juta manusia terancam
beralih profesi dan sekitar 65 persen manusia tidak mengetahui nantinya
memiliki profesi seperti apa. Dalam menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 ini, para alumni harus
memiliki soft skill / technical skill (kemampuan teknis) dan transversall skill. Sebagai alumni
yang akan menjadi populasi di era tersebut, adanya tuntutan untuk menjadi
generasi yang realis, inovatif dan
mandiri yang didalamnya mencakup karakter yang berkreativitas, imaginasi,
intuisi, emosi dan etika, misalnya pada mahasiswa yang telah menjadi alumni (generasi
muda). Dalam hal ini, tentunya tidak boleh hanya mengandalkan mesin pencari,
akan tetapi harus lebih kritis dan menggunakan ilmu pengetahuan.
Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF)
2018 di Swiss telah membawa pesan penting mengenai Revolusi Industri ke empat
(Revolus Industri 4.0). Revolusi industri 4.0 merupakan babak baru
perindustrian yang akan lebih banyak melibatkan teknologi virtual dan semakin canggih.
Teknologi pendukung Revolusi Industri 4.0 antara lain kecerdasan buatan (Artificial
Intelligence/AI), perkembangan robotika, realitas maya (Virtual
Reality/VR) dan mesin cetak tiga dimensi (3D). WEF memperkirakan keberadaan
Revolusi Industri 4.0 akan membawa beberapa akibat dalam proses industri dan
kehidupan manusia antara lain disrupsi pekerjaan, inovasi dan daya produksi,
ketimpangan, cerdas kelola, keamanan dan konflik, disrupsi bisnis, kepaduan
teknologi, serta isu etnis dan identitas.[4]
Dunia pendidikan harus bersiap-siap mengalami
perubahan dalam menghadapi industri 4.0 ini, karena dengan adanya
perubahan-perubahan tersebut haruslah membuat sumber daya manusia yang
dihasilkan mampu bersaing dan memiliki kemampuan. Sebagaimana kita tau bahwa sistem
pendidikan kita masih dalam tahap berkembang, baik dari segi kurikulum, sarana,
materi, dan manajemen pendidikannya. Tantangan di era ini akan terasa semakin
sulit jika sumber daya manusia tersebut tidak mampu mengikuti perkembangan
zaman ini.
Dalam dunia pendidikan modern, semua sudah
menggunakan teknologi dalam aktivitasnya baik dosen dan para mahasiswa dalam
pembelajaran dan administrasi, hal ini bertujuan disamping menghemat waktu juga
memudahkan mereka dalam belajar juga materi yang diberikan lebih berbobot dan
bervariasi. Namun walau demikian, tantangan bagi alumni tarbiyah akan tetap
selalu ada dan menjadi tekanan dan momok tersendiri bagi mereka, karena
seolah-olah lapangan pekerjaan mereka sudah dirampas oleh teknologi buatan
manusia itu sendiri. Di satu sisi hal ini membantu mereka dalam menggunakan
media pembelajaran dan memudahkan dalam segala hal, akan tetapi satu sisi lain
akan membuat mereka yang tidak punya kemampuan dan tidak dapat menyesuaikan
diri akan hilang ditelan zaman ini. Satu persatu para alumni yang tidak
berkompeten akan menjadi pengangguran semata.
Transformasi digital dirasakan perlu untuk
kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. Dengan adanya transformasi digital,
maka efisiensi biaya dan produktivitas, serta peningkatan mutu pendidikan akan
bermuara pada sistem yang baik. Perguruan Tinggi merupakan salah satu sektor
pendidikan yang selalu melakukan kajian serta riset dalam pengembangan masalah
tersebut. Perguruan tinggi di Indonesia memandang perlu diadakannya suatu transformasi
menuju era digital sebagaimana yang telah diterapkan oleh beberapa negara maju.
Menurut Fathur Rokhman Rektor Universitas
Negeri Semarang dalam artikelnya mengugkapkan bahwa “era disrupsi ini
merupakan masa dimana terdapat banyak gangguan yang disebabkan banyaknya
perubahan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk
perubahan paradigma dan visi tentang dunia dan segala isinya”. Renald Kasali
berkesimpulan bahwa era disrupsi merupakan masa yang mengancam dan mempunyai
tantangan berat pada kehidupan manusia, dan orang-orang yang tidak mampu
beradaptasi dengan perubahan, tentu akan mengalami banyak kesulitan dalam
mengarungi gelombang kehidupan sehari-hari yang penuh perubahan dan sarat
persaingan[5]
Kesuksesan sebuah negara dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0,
begitu erat kaitannya dengan inovasi yang diciptakan oleh sumber daya yang
berkualitas, sehingga Perguruan Tinggi wajib dapat menjawab tantangan untuk
menghadapi kemajuan teknologi dan persaingan dunia kerja di era globalisasi.
Persiapan dalam menghasilkan lulusan yang mampu beradaptasi dengan
Revolusi Industri 4.0 adalah salah satu cara yang dapat dilakukan Perguruan
Tinggi untuk meningkatkan daya saing dalam era ini.
B. Tantangan Alumni Tarbiyah
Revolusi industri 4.0 dalam lima tahun mendatang akan menghapus 35
persen jenis pekerjaan. Dan bahkan pada 10 tahun yang akan datang jenis
pekerjaan yang akan hilang bertambah menjadi 75 persen. Hal ini disebabkan
pekerjaan yang diperankan oleh manusia setahap demi setahap digantikan dengan
teknologi digitalisasi program. Dampaknya, proses produksi menjadi lebih cepat
dikerjakan dan lebih mudah didistribusikan secara masif dengan keterlibatan manusia yang minim.[6]
Situasi
pergeseran tenaga kerja manusia ke arah digitalisasi merupakan bentuk tantangan
nyata yang menghadang para generasi muda (para sarjana/alumni). Setelah
mengetahui adanya tantangan tersebut, hendaknya munculnya respon yang tinggi
untuk mendalami kemampuan di bidang komputer, Keterampilan komunikasi, kemampuan
bekerjasama secara kolaboratif, dan kemampuan untuk terus belajar dan adaptif
terhadap perubahan lingkungan.
Tantangan dunia Pendidikan Tinggi di Indonesia
pada era Industri ini mengacu pada harapan untuk memiliki perguruan tinggi
kelas dunia dan dapat bertahan serta berkembang dari dampak perubahan yang
muncul dikarenakan inovasi dalam sains dan teknologi yang terjadi dalam setiap
komponen masyarakat.
Pada saat ini, sistem pendidikan tinggi di
Indonesia sedang menghadapi perubahan yang perlahan, contohnya sistem yang
berlaku masa lalu mengalami perubahan sehingga memunculkan sistem
pendidikan baru yang pada akhirnya akan mengubah keseluruhan sistem
pendidikan di Indonesia, karena upaya perubahan tersebut menjawab kebutuhan
serta menyempurnakan sistem pendidikan tinggi untuk menjawab tantangan zaman.
Para alumni tarbiyah harus mempunyai skill dan
kemampuan menyesuaikan diri juga
kesiapan mental dalam hal ini, karena siapa yang akan maju maka akan
terus melesat maju, begitu juga sebaliknya yang tidak bisa
menyesuaikan diri dan tidak mempunyai skill maka akan tertinggal. Maka instansi/lembaga
yang berkaitan haruslah menyiapkan sumber daya manusia yang dapat menghadapi
tantangan saat ini, juga pemerintah harus memperhatikan keberhasilan suatu
instansi/lembaga tersebut.
Tantangan akan selalu ada dalam setiap zaman.
Kita dituntut bukan menghilangkan tantangan, akan tetapi kita dituntut harus
mampu menghadapi tantangan tersebut. Adapun tantangan-tantangan dari perspektif
pendidikan yaitu:[7]
a. Perubahan perilaku generasi Z dalam konteks pembelajaran
- Potensi distraksi yang cukup tinggi pada setiap individu
- Information overload, bahkan tak terverifikasi
- Dominan pada interaksi virtual
b. Perubahan metode pengajaran
- Penggunaan konsep baru, ex. Flipped classroom
- Infrastruktur baru, ex. Perangkat berbasis virtual
c. Perubahan proses pembelajaran
-
Massive vs personalize learning
-
Infrastruktur pembelajaran, peningkatan
kapasitas komputasi
-
Pergeseran presence learning menuju distance
learning
C. Peluang Alumni Tarbiyah
Peluang
akan selalu ada dalam setiap tantangan bagi siapa saja asalkan mempunyai
kemampuan dan minat. Revolusi industri keempat memberikan tawaran dan
kesempatan akan hal-hal yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada
umumnya. Para ahli berpendapat bahwa revolusi industri keempat kan dapat
menaikkan rata-rata pendapatan per kapita di dunia, memperbaiki kualitas hidup
masyarakat, serta memperpanjang usia hidup manusia.
Pada
Era Revolusi Industri 4.0 memiliki peluang bagi generasi muda (alumni/para
sarjana) bagi sektor swasta. Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia
khususnya, Industri 4.0 dapat membantu menyederhanakan rantai suplai produksi,
yang dalam hal ini sangat dibutuhkan guna menyiasati biaya tenaga kerja yang
kian meningkat.
Menurut Jalaluddin
Rakhmat membagi era informasi kedalam lima karakteristik, yaitu Kekayaan, Teknosfer,
Infosfer, Sosiosfer, dan Psikosfer. Karakteristik informasi sebagai kekayaan
menunjukkan bahwa informasi yang diterima dan dikuasai seseorang dapat dimanfaatkan
untuk sarana akumulasi kekayaan atau sumber komersialisasi. Dalam konteks ini, alumni atau mahasiswa
dapat mempromosikan hasil kreasinya kepada publik melalui jejaring media sosial
untuk mendapatkan tanggapan atau respon sehingga dapat dijadikan ukuran untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas produknya. [8]
Begitu halnya dalam dunia pendidikan akan
masih banyak pekerjaan juga yang tidak bisa dilakukan oleh mesin, maka para alumni tetap mempunyai peluang dalam
mencari pekerjaannya. Hanya saja mereka harus mempunyai mental untuk itu yang
dipersiapkan dalam ruang lingkup perkuliahan.
Bidang pekerjaan yang berkaitan dengan keahlian Komputer,
Matematika, Arsitektur dan Teknik akan semakin banyak dibutuhkan. Bidang-bidang
keahlian ini diproyeksikan sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mengandalkan
teknologi digital.
D. Solusi Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0
Adapun solusi-solusi dalam menghadapi revolusi indutri 4.0 adalah sebagai
berikut:
a.
Bagi pemerintah
1.
meningkatkan
kompetensi sumber daya manusia melaui program link match antara
pendidikan dan industri. Upaya ini dilaksanakan secara sinergis antara
kementerian perindustrian dengan kementerian dan lembaga taerkait seperti
Bappenas, Kementerian BUMN, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian
Pendidikan, Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
2.
Pemerintah harus mempersiapkan
strategi antisipatif terhadap berbagai kemungkinan yang akan berdampak negatif
pada dunia pendidikan dalam menghadapi revolusi industri ini.
3.
merancang Making Indonesia 4.0
sebagai sebuah roadmap untuk mengimplementasikan sejumlah strategi secara
terintegrasi.
4.
DPR RI perlu mendorong pemerintah
untuk mempersiapkan berbagai hal yang berkaitan dengan penerapan Industri 4.0
yang sudah tidak dapat dihindari lagi[9].
5.
Pemerintah harus memperhatikan kurikulum,
manajemen, dan materi yang diajarkan supaya para alumni dapat bersaing dan
mengahadapi era ini.
b.
Bagi lembaga
1.
Menyediakan teknologi informasi
dan komunikasi bagi dunia pendidikan yakni: akses ke perpustakaan secara
online, akses ke pakar, perkuliahan secara online, menyediakan layanan
informasi akademik suatu institusi pendidikan, menyediakan fasilitas mesin
pencarian data, menyediakan fasilitas diskusi, menyediakan fasilitas
direktoriat alumni dan institusi , serta menyediakan fasilitas kerja sama.
2.
Pada era industri 4.0, pendidikan
tinggi dituntut untuk dapat mengatasi gejolak perubahan yang terjadi
dikarenakan transformasi digital. Salah satu komponen yang dapat mengatasi
gejolak tersebut ialah sumber daya manusia yang ada di perguruan tinggi, dalam
hal ini dosen (tenaga pendidik).[10]
Dosen juga harus berkompeten dan memiliki kemampuan.
3.
Menciptakan lulusan-lulusan yang
mampu bersaing dan menghadapi era ini disertai skill yang memadai.
4.
Situasi
pergeseran tenaga kerja manusia ke arah digitalisasi merupakan bentuk tantangan
yang perlu direspon oleh para mahasiswa dan alumni. Tantangan ini perlu dijawab
dengan peningkatan kompetensi alumni terutama penguasaan teknologi komputer,
keterampilan berkomunikasi, kemampuan bekerjasama secara kolaboratif, dan
kemampuan untuk terus belajar dan adaptif terhadap perubahan lingkungan.
5.
Semua pihak harus ambil bagian
dalam menciptakan para alumni yang berkompeten dalam revolusi industri 4.0.
REFERENSI
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar
Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi ke-4. Januari 2013. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Harto,
Kasinyo. Tantangan
Dosen PTKI Di Era Industri 4.0. UIN Raden Fatah Palembang,
Sumatera Selatan, Indonesia. Jurnal Tatsqif Jurnal
Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Volume 16, No. 1. Juni 2018.
Karnawati, Dwikorita (2017). Revolusi
industri, 75% jenis pekerjaan akan hilang. Diambil dari https://ekbis.sindonews.com/read/1183599/34/
revolusi-industri-75-jenis-pekerjaan-akan-hilang-1488169341.
Office Of Chief Economist. Dailiy Economic And
Market. Wenesday, March 21, 2018.
Prasetyo, Hoehadi. Wahyudi Sutopo. Industri
4.0: Telaah Klasifikasi Aspek Dan Arah Perkembangan Riset. J@ti Undip:
Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Januari 2018.
Rosyadi, Slamet. Revolusi Industri 4.0:
Peluang Dan Tantangan Bagi Alumni Universitas Terbuka, Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman.
Satya, Venti Eka. Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual Dan Strategis Bidang
Ekonomi Dan Kebijakan Publik Strategi
Indonesia Menghadapi Industri 4.0. Vol. X, no.
09/i/puslit/mei/201.
Wardani, Ratna. 21st Century Educator:
Menyongsong Transformasi Pendidikan 4.0. Disampaikan Pada Seminar Nasional
Dinamika Informatka Senadi UPY 2018.
[1] Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa, Edisi ke-4. Januari 2013. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal
534.
[2]Slamet Rosyadi. Revolusi Industri 4.0:
Peluang Dan Tantangan Bagi Alumni Universitas Terbuka, Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman. Hal 1.
[3]Hoehadi Prasetyo, Wahyudi Sutopo. Industri
4.0: Telaah Klasifikasi Aspek Dan Arah Perkembangan Riset. J@ti Undip:
Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Januari 2018 hal 17.
[5]
Kasinyo Harto. Tantangan Dosen PTKI Di Era Industri 4.0. UIN Raden Fatah Palembang,
Sumatera Selatan, Indonesia. Jurnal
Tatsqif Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Volume 16, No. 1. Juni 2018
Hal 2.
[6] Dwikorita Karnawati. (2017). Revolusi industri, 75% jenis pekerjaan
akan hilang. Diambil dari https://ekbis.sindonews.com/read/1183599/34/ revolusi-industri-75-jenis-pekerjaan-akan-hilang-1488169341
[7] Ratna Wardani. 21st Century Educator: Menyongsong Transformasi Pendidikan
4.0. Disampaikan Pada Seminar Nasional Dinamika Informatka Senadi UPY 2018.
[8] Slamet Rosyadi. Revolusi Industri 4.0: Peluang Dan Tantangan Bagi Alumni
Universitas Terbuka, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Jenderal Soedirman. Hal 4.
[9] Venti Eka Satya. Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual Dan Strategis Bidang Ekonomi Dan Kebijakan Publik Strategi Indonesia Menghadapi Industri 4.0. Vol. X, no. 09/i/puslit/mei/201
hal 23.
[10] Kasinyo Harto. Tantangan Dosen PTKI Di Era Industri 4.0. UIN Raden Fatah Palembang,
Sumatera Selatan, Indonesia. Jurnal
Tatsqif Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Volume 16, No. 1. Juni 2018
Hal 2.
0 komentar:
Posting Komentar