Senin, 03 Desember 2018

ARTIKEL: REVOLUSI INDUSTRI 4.0




NAMA : HENDRYANIS
NPM : 16 1602 9061
PRODI : PENDIDIKAN BAHASA ARAB
KAMPUS: STAIN GAJAH PUTIH TAKENGON ACEH 
JUDUL ARTIKEL:
KEKUATAN ARUS REVOLUSI INDUSTRI 4.0 TERHADAP ALUMNI TARBIYAH

A.  Latar Belakang Masalah
Industri adalah kegiatan memproses atau mengelola barang dengan menggunakan sarana dan peralatan[1]. Seiring berjalannya waktu manusia terus berinovasi dalam memudahkan manusia dalam segala hal. Dan akhir-akhir ini profesi manusia digantikan oleh mesin sehingga manusia akan bersaing dengan buatan manusia itu sendiri.
Sejarah telah membuktikan bahwa revolusi industri 4.0 merupakan fase keempat dari perjalanan sejarah revolusi industri yang dimulai pada abad ke-18. Menurut Prof Schwab, dunia mengalami empat revolusi industri.[2] Revolusi industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap untuk mendukung mesin produksi, kereta api dan kapal layar. Ditemukannya energi listrik dan konsep pembagian tenaga kerja untuk menghasilkan produksi dalam jumlah besar pada awal abad 19 telah menandai lahirnya revolusi industri 2.0. Selanjutnya terjadi kembali revolusi industri 3.0 yang ditandai dengan penyesuaian massal dan fleksibilitas manufaktur berbasis otomasi dan robot. Penggunaan teknologi komputer untuk otomasi manufaktur mulai tahun 1970-an[3].
Di era Revolusi Industri 4.0, berkisar 75-375 juta manusia terancam beralih profesi dan sekitar 65 persen manusia tidak mengetahui nantinya memiliki profesi seperti apa. Dalam menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 ini, para alumni harus memiliki soft skill / technical skill (kemampuan teknis) dan  transversall skill. Sebagai alumni yang akan menjadi populasi di era tersebut, adanya tuntutan untuk menjadi generasi yang  realis, inovatif dan mandiri yang didalamnya mencakup karakter yang berkreativitas, imaginasi, intuisi, emosi dan etika, misalnya pada mahasiswa yang telah menjadi alumni (generasi muda). Dalam hal ini, tentunya tidak boleh hanya mengandalkan mesin pencari, akan tetapi harus lebih kritis dan menggunakan ilmu pengetahuan.
Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) 2018 di Swiss telah membawa pesan penting mengenai Revolusi Industri ke empat (Revolus Industri 4.0). Revolusi industri 4.0 merupakan babak baru perindustrian yang akan lebih banyak melibatkan teknologi virtual dan semakin canggih. Teknologi pendukung  Revolusi  Industri 4.0 antara lain kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), perkembangan robotika, realitas maya (Virtual Reality/VR) dan mesin cetak tiga dimensi (3D). WEF memperkirakan keberadaan Revolusi Industri 4.0 akan membawa beberapa akibat dalam proses industri dan kehidupan manusia antara lain disrupsi pekerjaan, inovasi dan daya produksi, ketimpangan, cerdas kelola, keamanan dan konflik, disrupsi bisnis, kepaduan teknologi, serta isu etnis dan identitas.[4]
Dunia pendidikan harus bersiap-siap mengalami perubahan dalam menghadapi industri 4.0 ini, karena dengan adanya perubahan-perubahan tersebut haruslah membuat sumber daya manusia yang dihasilkan mampu bersaing dan memiliki kemampuan. Sebagaimana kita tau bahwa sistem pendidikan kita masih dalam tahap berkembang, baik dari segi kurikulum, sarana, materi, dan manajemen pendidikannya. Tantangan di era ini akan terasa semakin sulit jika sumber daya manusia tersebut tidak mampu mengikuti perkembangan zaman ini.
Dalam dunia pendidikan modern, semua sudah menggunakan teknologi dalam aktivitasnya baik dosen dan para mahasiswa dalam pembelajaran dan administrasi, hal ini bertujuan disamping menghemat waktu juga memudahkan mereka dalam belajar juga materi yang diberikan lebih berbobot dan bervariasi. Namun walau demikian, tantangan bagi alumni tarbiyah akan tetap selalu ada dan menjadi tekanan dan momok tersendiri bagi mereka, karena seolah-olah lapangan pekerjaan mereka sudah dirampas oleh teknologi buatan manusia itu sendiri. Di satu sisi hal ini membantu mereka dalam menggunakan media pembelajaran dan memudahkan dalam segala hal, akan tetapi satu sisi lain akan membuat mereka yang tidak punya kemampuan dan tidak dapat menyesuaikan diri akan hilang ditelan zaman ini. Satu persatu para alumni yang tidak berkompeten akan menjadi pengangguran semata.
Transformasi digital dirasakan perlu untuk kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. Dengan adanya transformasi digital, maka efisiensi biaya dan produktivitas, serta peningkatan mutu pendidikan akan bermuara pada sistem yang baik. Perguruan Tinggi merupakan salah satu sektor pendidikan yang selalu melakukan kajian serta riset dalam pengembangan masalah tersebut. Perguruan tinggi di Indonesia memandang perlu diadakannya suatu transformasi menuju era digital sebagaimana yang telah diterapkan oleh beberapa negara maju.
Menurut Fathur Rokhman Rektor Universitas Negeri Semarang  dalam artikelnya  mengugkapkan bahwa “era disrupsi ini merupakan masa dimana terdapat banyak gangguan yang disebabkan banyaknya perubahan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk perubahan paradigma dan visi tentang dunia dan segala isinya”. Renald Kasali berkesimpulan bahwa era disrupsi merupakan masa yang mengancam dan mempunyai tantangan berat pada kehidupan manusia, dan orang-orang yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan, tentu akan mengalami banyak kesulitan dalam mengarungi gelombang kehidupan sehari-hari yang penuh perubahan dan sarat persaingan[5]
Kesuksesan sebuah negara dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, begitu erat kaitannya dengan inovasi yang diciptakan oleh sumber daya yang berkualitas, sehingga Perguruan Tinggi wajib dapat menjawab tantangan untuk menghadapi kemajuan teknologi dan persaingan dunia kerja di era globalisasi.
Persiapan dalam menghasilkan lulusan yang mampu beradaptasi dengan Revolusi Industri 4.0 adalah salah satu cara yang dapat dilakukan Perguruan Tinggi untuk meningkatkan daya saing dalam era ini.



B.  Tantangan Alumni Tarbiyah
Revolusi industri 4.0 dalam lima tahun mendatang akan menghapus 35 persen jenis pekerjaan. Dan bahkan pada 10 tahun yang akan datang jenis pekerjaan yang akan hilang bertambah menjadi 75 persen. Hal ini disebabkan pekerjaan yang diperankan oleh manusia setahap demi setahap digantikan dengan teknologi digitalisasi program. Dampaknya, proses produksi menjadi lebih cepat dikerjakan dan lebih mudah didistribusikan secara masif dengan  keterlibatan manusia yang minim.[6]
Situasi pergeseran tenaga kerja manusia ke arah digitalisasi merupakan bentuk tantangan nyata yang menghadang para generasi muda (para sarjana/alumni). Setelah mengetahui adanya tantangan tersebut, hendaknya munculnya respon yang tinggi untuk mendalami kemampuan di bidang komputer, Keterampilan komunikasi, kemampuan bekerjasama secara kolaboratif, dan kemampuan untuk terus belajar dan adaptif terhadap perubahan lingkungan.
Tantangan dunia Pendidikan Tinggi di Indonesia pada era Industri ini mengacu pada harapan untuk memiliki perguruan tinggi kelas dunia dan dapat bertahan serta berkembang dari dampak perubahan yang muncul dikarenakan inovasi dalam sains dan teknologi yang terjadi dalam setiap komponen masyarakat.
Pada saat ini, sistem pendidikan tinggi di Indonesia sedang menghadapi perubahan yang perlahan, contohnya sistem yang berlaku masa lalu mengalami perubahan sehingga memunculkan sistem pendidikan  baru yang pada  akhirnya akan mengubah keseluruhan sistem pendidikan di Indonesia, karena upaya perubahan tersebut menjawab kebutuhan serta menyempurnakan sistem pendidikan tinggi untuk menjawab tantangan zaman.
Para alumni tarbiyah harus mempunyai skill dan kemampuan menyesuaikan diri juga  kesiapan mental dalam hal ini, karena siapa yang akan maju maka akan terus melesat maju, begitu juga sebaliknya yang tidak bisa menyesuaikan diri dan tidak mempunyai skill maka akan tertinggal. Maka instansi/lembaga yang berkaitan haruslah menyiapkan sumber daya manusia yang dapat menghadapi tantangan saat ini, juga pemerintah harus memperhatikan keberhasilan suatu instansi/lembaga tersebut.
Tantangan akan selalu ada dalam setiap zaman. Kita dituntut bukan menghilangkan tantangan, akan tetapi kita dituntut harus mampu menghadapi tantangan tersebut. Adapun tantangan-tantangan dari perspektif pendidikan yaitu:[7]
a.       Perubahan perilaku generasi Z dalam konteks pembelajaran
-       Potensi distraksi yang cukup tinggi pada setiap individu
-       Information overload, bahkan tak terverifikasi
-       Dominan pada interaksi virtual
b.      Perubahan metode pengajaran
-       Penggunaan konsep baru, ex. Flipped classroom
-       Infrastruktur baru, ex. Perangkat berbasis virtual
c.       Perubahan proses pembelajaran
-          Massive vs personalize learning
-          Infrastruktur pembelajaran, peningkatan kapasitas komputasi
-          Pergeseran presence learning menuju distance learning
C.  Peluang Alumni Tarbiyah
 Peluang akan selalu ada dalam setiap tantangan bagi siapa saja asalkan mempunyai kemampuan dan minat. Revolusi industri keempat memberikan tawaran dan kesempatan akan hal-hal yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Para ahli berpendapat bahwa revolusi industri keempat kan dapat menaikkan rata-rata pendapatan per kapita di dunia, memperbaiki kualitas hidup masyarakat, serta memperpanjang usia hidup manusia.
Pada Era Revolusi Industri 4.0 memiliki peluang bagi generasi muda (alumni/para sarjana) bagi sektor swasta. Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia khususnya, Industri 4.0 dapat membantu menyederhanakan rantai suplai produksi, yang dalam hal ini sangat dibutuhkan guna menyiasati biaya tenaga kerja yang kian meningkat.
Menurut Jalaluddin Rakhmat membagi era informasi kedalam lima karakteristik, yaitu Kekayaan, Teknosfer, Infosfer, Sosiosfer, dan Psikosfer. Karakteristik informasi sebagai kekayaan menunjukkan bahwa informasi yang diterima dan dikuasai seseorang dapat dimanfaatkan untuk sarana akumulasi kekayaan atau sumber komersialisasi. Dalam konteks ini, alumni atau mahasiswa dapat mempromosikan hasil kreasinya kepada publik melalui jejaring media sosial untuk mendapatkan tanggapan atau respon sehingga dapat dijadikan ukuran untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas produknya. [8]
Begitu halnya dalam dunia pendidikan akan masih banyak pekerjaan juga yang tidak bisa dilakukan oleh mesin, maka  para alumni tetap mempunyai peluang dalam mencari pekerjaannya. Hanya saja mereka harus mempunyai mental untuk itu yang dipersiapkan dalam ruang lingkup perkuliahan.
Bidang pekerjaan yang berkaitan dengan keahlian  Komputer, Matematika, Arsitektur dan Teknik akan semakin banyak dibutuhkan. Bidang-bidang keahlian ini diproyeksikan sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mengandalkan teknologi digital.

D.  Solusi Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0
Adapun solusi-solusi dalam menghadapi revolusi indutri 4.0 adalah sebagai berikut:
a.       Bagi pemerintah
1.      meningkatkan kompetensi sumber daya manusia melaui program link match antara pendidikan dan industri. Upaya ini dilaksanakan secara sinergis antara kementerian perindustrian dengan kementerian dan lembaga taerkait seperti Bappenas, Kementerian BUMN, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Pendidikan, Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
2.      Pemerintah harus mempersiapkan strategi antisipatif terhadap berbagai kemungkinan yang akan berdampak negatif pada dunia pendidikan dalam menghadapi revolusi industri ini.
3.      merancang Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah roadmap untuk mengimplementasikan sejumlah strategi secara terintegrasi.
4.      DPR RI perlu mendorong pemerintah untuk mempersiapkan berbagai hal yang berkaitan dengan penerapan Industri 4.0 yang sudah tidak dapat dihindari lagi[9].
5.      Pemerintah harus memperhatikan kurikulum, manajemen, dan materi yang diajarkan supaya para alumni dapat bersaing dan mengahadapi era ini.


b.      Bagi lembaga
1.      Menyediakan teknologi informasi dan komunikasi bagi dunia pendidikan yakni: akses ke perpustakaan secara online, akses ke pakar, perkuliahan secara online, menyediakan layanan informasi akademik suatu institusi pendidikan, menyediakan fasilitas mesin pencarian data, menyediakan fasilitas diskusi, menyediakan fasilitas direktoriat alumni dan institusi , serta menyediakan fasilitas kerja sama.
2.      Pada era industri 4.0, pendidikan tinggi dituntut untuk dapat mengatasi gejolak perubahan yang terjadi dikarenakan transformasi digital. Salah satu komponen yang dapat mengatasi gejolak tersebut ialah sumber daya manusia yang ada di perguruan tinggi, dalam hal ini dosen (tenaga pendidik).[10] Dosen juga harus berkompeten dan memiliki kemampuan.
3.      Menciptakan lulusan-lulusan yang mampu bersaing dan menghadapi era ini disertai skill yang memadai.
4.      Situasi pergeseran tenaga kerja manusia ke arah digitalisasi merupakan bentuk tantangan yang perlu direspon oleh para mahasiswa dan alumni. Tantangan ini perlu dijawab dengan peningkatan kompetensi alumni terutama penguasaan teknologi komputer, keterampilan berkomunikasi, kemampuan bekerjasama secara kolaboratif, dan kemampuan untuk terus belajar dan adaptif terhadap perubahan lingkungan.
5.      Semua pihak harus ambil bagian dalam menciptakan para alumni yang berkompeten dalam revolusi industri 4.0.
REFERENSI
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi ke-4. Januari 2013. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Harto, Kasinyo. Tantangan Dosen PTKI Di Era Industri 4.0. UIN Raden Fatah Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Jurnal Tatsqif Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Volume 16, No. 1. Juni 2018.
Karnawati, Dwikorita (2017). Revolusi industri, 75% jenis pekerjaan akan hilang. Diambil dari https://ekbis.sindonews.com/read/1183599/34/ revolusi-industri-75-jenis-pekerjaan-akan-hilang-1488169341.
Office Of Chief Economist. Dailiy Economic And Market.  Wenesday, March 21, 2018.
Prasetyo, Hoehadi. Wahyudi Sutopo. Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek Dan Arah Perkembangan Riset. J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Januari 2018.
Rosyadi, Slamet. Revolusi Industri 4.0: Peluang Dan Tantangan Bagi Alumni Universitas Terbuka, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman.
Satya, Venti Eka. Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual Dan Strategis Bidang Ekonomi Dan Kebijakan Publik Strategi Indonesia Menghadapi Industri 4.0.  Vol. X, no. 09/i/puslit/mei/201.
Wardani, Ratna. 21st Century Educator: Menyongsong Transformasi Pendidikan 4.0. Disampaikan Pada Seminar Nasional Dinamika Informatka Senadi UPY 2018.


[1] Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi ke-4. Januari 2013. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal 534.
[2]Slamet Rosyadi. Revolusi Industri 4.0: Peluang Dan Tantangan Bagi Alumni Universitas Terbuka, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman. Hal 1.
[3]Hoehadi Prasetyo, Wahyudi Sutopo. Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek Dan Arah Perkembangan Riset. J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Januari 2018 hal 17.
[4] Office Of Chief Economist. Dailiy Economic And Market.  Wenesday, March 21, 2018.
[5] Kasinyo Harto. Tantangan Dosen PTKI Di Era Industri 4.0. UIN Raden Fatah Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Jurnal Tatsqif Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Volume 16, No. 1. Juni 2018 Hal 2.

[6] Dwikorita Karnawati. (2017). Revolusi industri, 75% jenis pekerjaan akan hilang. Diambil dari https://ekbis.sindonews.com/read/1183599/34/ revolusi-industri-75-jenis-pekerjaan-akan-hilang-1488169341

[7] Ratna Wardani. 21st Century Educator: Menyongsong Transformasi Pendidikan 4.0. Disampaikan Pada Seminar Nasional Dinamika Informatka Senadi UPY 2018.
[8] Slamet Rosyadi. Revolusi Industri 4.0: Peluang Dan Tantangan Bagi Alumni Universitas Terbuka, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman. Hal 4.
[9] Venti Eka Satya. Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual Dan Strategis Bidang Ekonomi Dan Kebijakan Publik Strategi Indonesia Menghadapi Industri 4.0.  Vol. X, no. 09/i/puslit/mei/201 hal 23.
[10] Kasinyo Harto. Tantangan Dosen PTKI Di Era Industri 4.0. UIN Raden Fatah Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Jurnal Tatsqif Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Volume 16, No. 1. Juni 2018 Hal 2.

0 komentar:

Posting Komentar