Selasa, 22 Mei 2018

PENDIDIKAN INDONESIA MASA KINI



PENDIDIKAN INDONESIA MASA KINI 
 SERTA DUNIA DAKWAH
OLEH:
HENDRYANIS

Indonesia Masa Kini dan Yang Akan Datang
Indonesia adalah Negara yang sangat luas, yang sangat kaya, yang sangat istimewa, terletak di garis khatulistiwa, beragam suku dan budaya, ber corak ragam bahasa serta beraneka agama. Negara yang besar harus di pimpin oleh orang yg berjiwa besar, bermental baja, berani, otot kawat tulang besi, dan tentunya orang yang beragama, orang yang dapat membedakan mana kawan mana musuh, mana batil mana betul agar Negara yang di pimpin di segani dunia, dan tercipta Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur.
Realita kita saat ini, hidup di akhir zaman, hidup dalam suasana yang campur aduk, hidup dengan kebingungan, hidup dengan keadaan yang ada. Se olah olah Indonesia yang besar ini di anggap kecil, di anggap remeh oleh Negara Negara lain di akibatkan oleh para generasinya. Yang tanpa ada control dari para petinggi Negara. Maka pendidikan kita harus di benahi, harus di perbaiki, harus menjadi lebih baik. Agar kita di segani dunia. Tentunya dengan pendidikan islam.
Bagaimana cara membentuk karakter pemimpin yang seperti ini? Tentunya dimulai sejak dini, di didik dengan agama, di ajarkan oleh guru dengan penuh cinta, dan tentunya dengan doa orang tua. Karena akan melekat, akan menempel erat, akan tak mudah di lupakan ilmu tersebut. Pepatah mengatakan belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa bagai mengukir di atas air.
Pada dasarnya, Pendidikan dalam islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju taklif (kedewasaan), baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban-sebagai seorang hamba dihadapan khaliq-nya dan sebagai “pemelihara” khalifah pada alam semesta dengan demikian, fungsi utama pendidikan adalah mempersiapakn peserta didik generasi penerus dengan kemampuan dan keahlian skill yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tengah masyarakat, sebagai tujuan akhir dari pendidikan.
Menurut penulis pendidikan kita saat ini hanya bertujuan untuk kehidupan dunia semata, tanpa ada control agama di dalam pendidian tersebut, sehingga menimbulkan berbagai akibat yang merugikan kita, akhlak generasi muda semakin rusak, tawuran antar pelajar, geng motor, kekerasan, bahkan lebih dari itu makin tinggi pendidikan seseorang seolah olah tidak punya ilmu biasanya, dia akan seperti padi makin menunduk, tapi realita kenyataan saat ini bukan semakin menunduk akan tetapi semakin tidak ada pengamalan dari ilmunya, percuma saja sekolah tinggi kalo hasilnya demikian, sebagai contoh masih ada korupsi, masih ada suap menyuap, masaih ada KKN, dll.
Dalam lintasan sejarah peradaban islam, peran pendidikan ini benar-benar bisa dilaksanakan pada masa-masa kejayaan Islam. Hal ini dapat kita saksikan, di mana pendidikan benar-benar mampu membentuk peradaban sehingga peradaban islam menjadi peradaban terdepan sekaligus peradaban yang mewarnai sepanjang Jazirah Arab, Asia Barat hingga Eropa Timur. Kemajuan peradaban dan kebudayaan islam pada masa kejayaan sepanjang abad pertengahan, di mana peradaban dan kebudayaan islam berhasil menguasai jazirah arab, asia barat dan eropa timur, tidak dapat dilepaskan dari adanya sistem dan paradigma pendidikan yang dilaksanakan pada masa tersebut.[1]
Proses pendidikan yang berakar dari kebudayaan, berbeda dengan praksis pendidikan yang terjadi dewasa ini yang cenderung mengalienasikan proses pendidikan dari kebudayaan. Kita memerlukan suatu perubahan paradigma dari pendidikan untuk menghadapi proses globalisasi dan menata kembali kehidupan masyarakat indonesia. Cita-cita era reformasi tidak lain ialah membangun suatu masyarakat madani Indonesia oleh karena itu, arah perubahan paradigma baru pendidikan Islam diarahkan untuk terbentuknya masyarakat madani indonesia tersebut.[2]
Ada sejumlah analisis yang telah dilakukan oleh para pakar pendidikan indonesia mengenai eksistensi atau status ilmu pendidikan di indonesia sekarang ini, antara lain oleh Ahmad Sanusi, Mochtar Buchori, h.a.r. Tilaar, dan Winarno Surachkmad. Dalam tulisannya yang berjudul “ilmu pendidikan di indonesia  dewasa ini” Profesor Buchori sampai kepada kesimpulan dengan mengatakan bahwa ilmu pendidikan di indonesia kini sedang mengalami krisis identitas, antara lain karena ilmu pendidikan telah direduksi ke taraf ilmu keguruan.[3]
Profesor Tilaar (1996) mengatakan bahwa ilmu pendidikan di indonesia sekarang ini adalah dalam keadaan buta dan tuli, karena ilmu tersebut tidak ditopang oleh filsafah yang mendasari pendidikan nasiona, tidak memperhitungkan kehidupn masyarakat indonesia yang majemuk (bhinneka), dan tidak didasarkan kepada pengetahuan yang nyata tentang perkembangan jiwa dan fisik anak indonesia, serta ilmu pendidikan itu tidak didukung oleh “body of knowledge” yang relevan denga masyarakat indonesia dan juga tidak didukung oelh lembaga yang menjadi soko guru dari ilmu pendidikan di indonesia.[4]
Profesor Winano Surakhmad (1996) mengatakan bahwa ilmu pendidikan (bukan hanya di indonesia) merupakan ilmu yang kontra produktif, karena ilmu pendidikan itu sekrang ini tidak memiliki daya pikat, bukan saja karena ia lamban dan statis, tetapi juga karena tidak peka dan tidak menghiraukan aspirasi kemajuan. Ia semakin terlepas dari konteks budaya dan masyarakat yang diabdinya, dan karena itu ia semakin mengalami astrofi  dan dinilai tidak berguna. Keadaan demikian menurut winarno tidak boleh dibiarkan. Ilmu pendidikan harus berfungsi sebagaimana seharusnya, dan untuk itu harus dicari parameter yang bersifat konprehensif sehingga ilmu pendidikan menjadi ilmu yang multi dimensi, baik secara ilmiah, maupun secara epistemologis, dan metafisis.[5]
Persoalannya bagi kita ialah di indonesia bahwa ilmu pendidikan di indonesia belum berkembang, khususnya belum berkembang filsafat ilmu pendidikan dan teori-teori pendidikan yang bertolak dari bumi indonesia, artinya dari manusia, budaya, dan kehidupan  indonesia. Sebenarnya telah banyak juga
Model “kemas ke depan” antara pendidikan masyarakat, dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat, yang tidak mungkin ketiganya dipisahkan. Masyarakat dan kebudayaan itu tidak statis, tetapi dinamis, terus berubah, malah dalam zaman modern dan globlisasi perubahan dan perkembangannya sangat cepat dan kompleks. Perubahan itu berkaitan dengan dimensi waktu masa depan. Bagaimana Perubahan itu di masa depan merupakan sesuatu yang belum diketahui dengan pasti, tetapi dapat diduga atau diperkirakan, dan telah banyak ahli tentang masa depan yang memperkirakan bagaimana eksistensi masa depan masyarakat dan kebudayaan, atau masa depan daripada kehidupan manusia.
Melihat dari beberapa pendapat dari pakar di atas, maka penulis berkesimpulan bahwa sistem pendidikan kita saat ini sangat memperhatikan, karena hasil dari pendidkan itu tidak ada dampak signifikan terhadap kehidupan, penulis melihat dari segi generasi muda saat ini. Lalu bagaimana dengan masa depan pendidikan kita ke depan? Seandainya sistem pendidkan kita tidak di benahi, maka akan terjadi hal hal yang tidak dapat kita bayangkan, melebihi masa sekarang. Atau mungkin kita menjadi lebih baik di masa depan ketika kita mau memperbaiki hal itu di masa sekarang ini. Tapi semunya tentang ramalan masa depan ini masih misteri hanya Allah saja yang tau.
Di lihat dari realita sekarang maka Indonesia punya tugas yang berat. Jika kita generasi Indonesia sekarang tidak mau bangkit, dan tidak mau bersungguh sungguh terhadap ilmu pengetahuan maka kita bisa menebak bagaimana Indonesia kedepan nya, maka Indonesia akan makin lebih buruk dari sekarang, atau mungin menjadi lebih baik.

 Dunia dakwah
Secara historis dapat diketahui bahwa proses islamisasi di nusantara terjadi karena aktivitas dakwah. Tanpa usaha yang dilakukan oleh para dai, maka rasanya tidak mungkin akan terjadi ke pengantar terbesar umat islam di indonesia sebagaimana yang kita ketahui sekarang.
Di masa akhir akhir ini banyak contoh kasus yang melarang adanya dakwah, dengan alasan yang tidak logis menurut penulis, alasan terorisme, radikalisme, aliran sesat, manhaj cacat dll, yang semua tuduhan itu tidak terbukti benar adanya. penolakan penolakan kepada para dai dai baik di Indonesia maupuan di luar negeri, membuat negeri ini semakin menangis dan bersedih. Mengapa hal ini bias terjadi? Di karenakan mereka kurang ilmu agama nya. Menuruti ego dan hawa nafsu semat. Mereka dimasuki pemahaman yang salah, politik adu domba memecah umat.
Dakwah islam memiliki dua tantangan sekaligus.yaitu:[6]
Pertama adalah tantangan keilmuan dakwah yang hingga sekarang belum tampak perkembangannya yang menggembirakan. Ilmu dakwah tampak stagnan dalam tataran pengembangan keilmuannya. Jika mengacu pada dimensi pengembangan keilmuan tersebut pada tulisan-tulisan ilmu dakwah yang sangat menonjol, maka rasanya tidak kita jumpai karya akademis outstanding tentang dakwah tersebut. Banyaknya buku atau jurnal yang di dalamnya menjadi instrumen bagi pengembangan ilmu dakwah maka tentu akan menjadi ajang bagi pengembangan ilmu dakwah tersebut.
Ada banyak pengkaji ilmu dakwah yang kemudian berubah pikiran untuk mengembangkan ilmu komunikasi atau community development atau bahkan kajian konseling. Akibatnya, orang lebih melihat pada cabang-cabangnya dan bukan pada pohon atau akarnya. Jika kita lihat di lapangan, maka tidak banyak kajian tentang dimensi-dimensi ontologis dan epistemologis keilmuan dakwah. Melalui diskusi atau kajian yang mendasar tentang hal ini, maka pengembangan keilmuan dakwah akan menjadi lebih semarak. Harus kita ingat bahwa hanya dengan diskusi atau kajian yang hangat saja maka pengembangan ilmu dakwah akan menjadi kenyataan.
Kedua, problem atau tantangan praksis dakwah. Harus kita akui bahwa dakwah bil lisan memang mendominasi terhadap percaturan dakwah di indonesia. Ada banyak tokoh yang mengembangkan dakwah bil lisan ini.
Baik dakwah bil lisan yang dilakukan melalui aktivitas bertajuk dakwah atau yang berupa sisipan dakwah dalam acara-acara yang khusus, misalnya peristiwa pernikahan, khitanan, jumatan, atau lainnya. Selain ini juga ada dakwah yang dilakukan melalui media massa, seperti televisi, radio, atau media massa lainnya. Tentu saja semuanya memiliki sejumlah pengaruh bagi para audiennya. Dakwah islam memang merupakan usaha yang dilakukan oleh para dai kepada masyarakat agar etika menjadi penganut islam yang benar. Melalui dakwah islam, maka masyarakat akan dapat menjadi pemeluk islam yang menaati ajaran agamanya. Dan melalui dakwah islam maka masyarakat yang memegangi prinsip kehidupan berdasarkan ajaran agama akan didapatkan. Dakwah islam memang sudah menggunakan pendekatan yang modern.
Dakwah sudah menggunakan medium informasi yang mutakhir. Dakwah sudah dikemas dengan medium televisi, radio, surat kabar dan sebagainya. Dakwah sudah menghiasi halaman demi halaman surat kabar, dakwah sudah menghiasi tayangan demi tayangan medium televisi. Akan tetapi dakwah yang berpusat pada peningkatan ekonomi umat tentu belumlah menjadi arus utama bagi masyarakat kita.
Strategi dakwah modernitas sebelum membicarakan dakwah modernitas, sebaiknya apabila lebih dahulu membahas tentang komponen/unsur-unsur pokok dakwah sebagai sistem komunikasi yang efektif dalam proses pelaksanaan dakwah. Oleh karena itu, dakwah modernitas adalah dakwah yang dilaksanakan dengan memperhatikan unsur-unsur penting dakwah tersebut, kemudian subjek atau juru dakwah menyesuaikan materi, metode, dan media dakwah dengan kondisi masyarakat modern (sebagai objek dakwah) yang mungkin saja situasi dan kondisi  yang terjadi di zaman modern terutama dalam bidang keagamaman, tidak pernah terjadi pada zaman sebelumnya, terutama di zaman klasik.  Dengan demikian, berarti dakwah di era modern adalah dakwah yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi dan keadaan masyarakat modern, baik dari segi materi, metode, dan media yang akan digunakan. Sebab mungkin saja materi yang disampaikan itu Bagus, tetapi metode atau media yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi masyarakat modern, maka dakwah akan mengalami kegagalan. Begitu pula sebaliknya, mungkin saja media atau metode yang digunakan sesuai dengan kondisi masyarakat modern, akan tetapi materi yamg disampaikan kurang tepat, apalagi bila tampilan kemasannya kurang menarik, juga dakwah akan mengalami kegagalan. 
Oleh karenanya, untuk mencapai tujuan dakwah  yang efektif di era modern maka juru dakwah seyogainya adalah orang yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, menyampaikan  materi atau isi pesan dakwah yang aktual, dengan menggunakan metode yang tepat dan relevan dengan kondisi masyarakat modern, serta menggunakan media komunikasi yang sesuai dengan kondisi dan kemajuan masyarakat modern yang dihadapinya.


[1] M. Khoirul Anam ,From: http://www. Pendidikan.net/mk-anam.htm, di akses: ( 5 januari 2018).
[2] Hujair. Sanaky. Jurnal Paradigma Baru Pendidikan Islam. ( di akses tanggal 6 januari 2018).
[3] Prof.Dr.Darwis A.Soelaiman, Filsafat Ilmu Pendidikan Untuk Indonesia Masa Kini dan Masa depan, Hal 20, (Di Akses Tanggal 6 Januari 2018).
[4] Prof.Dr.Darwis A.Soelaiman, Filsafat Ilmu Pendidikan Untuk Indonesia Masa Kini dan Masa depan, Hal 20, (Di Akses Tanggal 6 Januari 2018).
[5] Prof.Dr.Darwis A.Soelaiman, Filsafat Ilmu Pendidikan Untuk Indonesia Masa Kini dan Masa depan, Hal 20, (Di Akses Tanggal 6 Januari 2018).
[6]Zulkarnain, Dakwah Islam Di Era Modern, Jurnal Risalah, Vol. 26, No. 3, September 2015: 151-158 ( Di Akses Tanggal 6 Januari 2018)

0 komentar:

Posting Komentar