PENDIDIKAN
INDONESIA MASA KINI
SERTA DUNIA DAKWAH
OLEH:
HENDRYANIS
Indonesia Masa Kini dan Yang Akan Datang
Indonesia adalah Negara yang sangat luas, yang sangat kaya, yang
sangat istimewa, terletak di garis khatulistiwa, beragam suku dan budaya, ber
corak ragam bahasa serta beraneka agama. Negara yang besar harus di pimpin oleh
orang yg berjiwa besar, bermental baja, berani, otot kawat tulang besi, dan
tentunya orang yang beragama, orang yang dapat membedakan mana kawan mana musuh,
mana batil mana betul agar Negara yang di pimpin di segani dunia, dan tercipta Baldatun
Thayyibatun Warabbun Ghafur.
Realita kita saat ini, hidup di akhir zaman, hidup dalam suasana
yang campur aduk, hidup dengan kebingungan, hidup dengan keadaan yang ada. Se
olah olah Indonesia yang besar ini di anggap kecil, di anggap remeh oleh Negara
Negara lain di akibatkan oleh para generasinya. Yang tanpa ada control dari
para petinggi Negara. Maka pendidikan kita harus di benahi, harus di perbaiki,
harus menjadi lebih baik. Agar kita di segani dunia. Tentunya dengan pendidikan
islam.
Bagaimana cara membentuk karakter pemimpin yang seperti ini?
Tentunya dimulai sejak dini, di didik dengan agama, di ajarkan oleh guru dengan
penuh cinta, dan tentunya dengan doa orang tua. Karena akan melekat, akan
menempel erat, akan tak mudah di lupakan ilmu tersebut. Pepatah mengatakan
belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa
bagai mengukir di atas air.
Pada dasarnya, Pendidikan dalam islam merupakan sebuah rangkaian
proses pemberdayaan manusia menuju taklif (kedewasaan), baik secara akal,
mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban-sebagai
seorang hamba dihadapan khaliq-nya dan sebagai “pemelihara” khalifah pada alam semesta
dengan demikian, fungsi utama pendidikan adalah mempersiapakn peserta didik
generasi penerus dengan kemampuan dan keahlian skill yang diperlukan agar
memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tengah masyarakat, sebagai
tujuan akhir dari pendidikan.
Menurut penulis pendidikan kita saat ini hanya bertujuan untuk
kehidupan dunia semata, tanpa ada control agama di dalam pendidian tersebut,
sehingga menimbulkan berbagai akibat yang merugikan kita, akhlak generasi muda
semakin rusak, tawuran antar pelajar, geng motor, kekerasan, bahkan lebih dari
itu makin tinggi pendidikan seseorang seolah olah tidak punya ilmu biasanya, dia
akan seperti padi makin menunduk, tapi realita kenyataan saat ini bukan semakin
menunduk akan tetapi semakin tidak ada pengamalan dari ilmunya, percuma saja
sekolah tinggi kalo hasilnya demikian, sebagai contoh masih ada korupsi, masih
ada suap menyuap, masaih ada KKN, dll.
Dalam lintasan sejarah peradaban islam, peran pendidikan ini
benar-benar bisa dilaksanakan pada masa-masa kejayaan Islam. Hal ini dapat kita
saksikan, di mana pendidikan benar-benar mampu membentuk peradaban sehingga
peradaban islam menjadi peradaban terdepan sekaligus peradaban yang mewarnai
sepanjang Jazirah Arab, Asia Barat hingga Eropa Timur. Kemajuan peradaban dan
kebudayaan islam pada masa kejayaan sepanjang abad pertengahan, di mana
peradaban dan kebudayaan islam berhasil menguasai jazirah arab, asia barat dan
eropa timur, tidak dapat dilepaskan dari adanya sistem dan paradigma pendidikan
yang dilaksanakan pada masa tersebut.[1]
Proses pendidikan yang berakar dari kebudayaan, berbeda dengan
praksis pendidikan yang terjadi dewasa ini yang cenderung mengalienasikan
proses pendidikan dari kebudayaan. Kita memerlukan suatu perubahan paradigma
dari pendidikan untuk menghadapi proses globalisasi dan menata kembali
kehidupan masyarakat indonesia. Cita-cita era reformasi tidak lain ialah
membangun suatu masyarakat madani Indonesia oleh karena itu, arah perubahan
paradigma baru pendidikan Islam diarahkan untuk terbentuknya masyarakat madani
indonesia tersebut.[2]
Ada sejumlah analisis yang telah dilakukan oleh para pakar
pendidikan indonesia mengenai eksistensi atau status ilmu pendidikan di
indonesia sekarang ini, antara lain oleh Ahmad Sanusi, Mochtar Buchori, h.a.r.
Tilaar, dan Winarno Surachkmad. Dalam tulisannya yang berjudul “ilmu pendidikan
di indonesia dewasa ini” Profesor
Buchori sampai kepada kesimpulan dengan mengatakan bahwa ilmu pendidikan di
indonesia kini sedang mengalami krisis identitas, antara lain karena ilmu
pendidikan telah direduksi ke taraf ilmu keguruan.[3]
Profesor Tilaar (1996) mengatakan bahwa ilmu pendidikan di
indonesia sekarang ini adalah dalam keadaan buta dan tuli, karena ilmu tersebut
tidak ditopang oleh filsafah yang mendasari pendidikan nasiona, tidak
memperhitungkan kehidupn masyarakat indonesia yang majemuk (bhinneka), dan
tidak didasarkan kepada pengetahuan yang nyata tentang perkembangan jiwa dan
fisik anak indonesia, serta ilmu pendidikan itu tidak didukung oleh “body of
knowledge” yang relevan denga masyarakat indonesia dan juga tidak didukung oelh
lembaga yang menjadi soko guru dari ilmu pendidikan di indonesia.[4]
Profesor Winano Surakhmad (1996) mengatakan bahwa ilmu pendidikan
(bukan hanya di indonesia) merupakan ilmu yang kontra produktif, karena ilmu
pendidikan itu sekrang ini tidak memiliki daya pikat, bukan saja karena ia
lamban dan statis, tetapi juga karena tidak peka dan tidak menghiraukan
aspirasi kemajuan. Ia semakin terlepas dari konteks budaya dan masyarakat yang
diabdinya, dan karena itu ia semakin mengalami astrofi dan dinilai tidak berguna. Keadaan demikian
menurut winarno tidak boleh dibiarkan. Ilmu pendidikan harus berfungsi
sebagaimana seharusnya, dan untuk itu harus dicari parameter yang bersifat
konprehensif sehingga ilmu pendidikan menjadi ilmu yang multi dimensi, baik
secara ilmiah, maupun secara epistemologis, dan metafisis.[5]
Persoalannya bagi kita ialah di indonesia bahwa ilmu pendidikan di
indonesia belum berkembang, khususnya belum berkembang filsafat ilmu pendidikan
dan teori-teori pendidikan yang bertolak dari bumi indonesia, artinya dari
manusia, budaya, dan kehidupan
indonesia. Sebenarnya telah banyak juga
Model “kemas ke depan” antara pendidikan masyarakat, dan kebudayaan
mempunyai hubungan yang sangat erat, yang tidak mungkin ketiganya dipisahkan. Masyarakat
dan kebudayaan itu tidak statis, tetapi dinamis, terus berubah, malah dalam
zaman modern dan globlisasi perubahan dan perkembangannya sangat cepat dan
kompleks. Perubahan itu berkaitan dengan dimensi waktu masa depan. Bagaimana
Perubahan itu di masa depan merupakan sesuatu yang belum diketahui dengan
pasti, tetapi dapat diduga atau diperkirakan, dan telah banyak ahli tentang
masa depan yang memperkirakan bagaimana eksistensi masa depan masyarakat dan
kebudayaan, atau masa depan daripada kehidupan manusia.
Melihat dari beberapa pendapat dari pakar di atas, maka penulis
berkesimpulan bahwa sistem pendidikan kita saat ini sangat memperhatikan,
karena hasil dari pendidkan itu tidak ada dampak signifikan terhadap kehidupan,
penulis melihat dari segi generasi muda saat ini. Lalu bagaimana dengan masa
depan pendidikan kita ke depan? Seandainya sistem pendidkan kita tidak di
benahi, maka akan terjadi hal hal yang tidak dapat kita bayangkan, melebihi
masa sekarang. Atau mungkin kita menjadi lebih baik di masa depan ketika kita
mau memperbaiki hal itu di masa sekarang ini. Tapi semunya tentang ramalan masa
depan ini masih misteri hanya Allah saja yang tau.
Di lihat dari realita sekarang maka Indonesia punya tugas yang
berat. Jika kita generasi Indonesia sekarang tidak mau bangkit, dan tidak mau
bersungguh sungguh terhadap ilmu pengetahuan maka kita bisa menebak bagaimana
Indonesia kedepan nya, maka Indonesia akan makin lebih buruk dari sekarang,
atau mungin menjadi lebih baik.
Dunia dakwah
Secara historis dapat diketahui bahwa proses islamisasi di
nusantara terjadi karena aktivitas dakwah. Tanpa usaha yang dilakukan oleh para
dai, maka rasanya tidak mungkin akan terjadi ke pengantar terbesar umat islam
di indonesia sebagaimana yang kita ketahui sekarang.
Di masa akhir akhir ini banyak contoh kasus yang melarang adanya
dakwah, dengan alasan yang tidak logis menurut penulis, alasan terorisme,
radikalisme, aliran sesat, manhaj cacat dll, yang semua tuduhan itu tidak
terbukti benar adanya. penolakan penolakan kepada para dai dai baik di
Indonesia maupuan di luar negeri, membuat negeri ini semakin menangis dan
bersedih. Mengapa hal ini bias terjadi? Di karenakan mereka kurang ilmu agama
nya. Menuruti ego dan hawa nafsu semat. Mereka dimasuki pemahaman yang salah,
politik adu domba memecah umat.
Dakwah islam memiliki
dua tantangan sekaligus.yaitu:[6]
Pertama adalah
tantangan keilmuan dakwah yang hingga sekarang belum tampak perkembangannya
yang menggembirakan. Ilmu dakwah tampak stagnan dalam tataran pengembangan
keilmuannya. Jika mengacu pada dimensi pengembangan keilmuan tersebut pada
tulisan-tulisan ilmu dakwah yang sangat menonjol, maka rasanya tidak kita
jumpai karya akademis outstanding tentang dakwah tersebut. Banyaknya buku atau
jurnal yang di dalamnya menjadi instrumen bagi pengembangan ilmu dakwah maka
tentu akan menjadi ajang bagi pengembangan ilmu dakwah tersebut.
Ada banyak pengkaji ilmu dakwah yang kemudian berubah pikiran untuk
mengembangkan ilmu komunikasi atau community development atau bahkan kajian
konseling. Akibatnya, orang lebih melihat pada cabang-cabangnya dan bukan pada
pohon atau akarnya. Jika kita lihat di lapangan, maka tidak banyak kajian
tentang dimensi-dimensi ontologis dan epistemologis keilmuan dakwah. Melalui
diskusi atau kajian yang mendasar tentang hal ini, maka pengembangan keilmuan
dakwah akan menjadi lebih semarak. Harus kita ingat bahwa hanya dengan diskusi
atau kajian yang hangat saja maka pengembangan ilmu dakwah akan menjadi
kenyataan.
Kedua, problem atau
tantangan praksis dakwah. Harus kita akui bahwa dakwah bil lisan memang
mendominasi terhadap percaturan dakwah di indonesia. Ada banyak tokoh yang
mengembangkan dakwah bil lisan ini.
Baik dakwah bil lisan yang dilakukan melalui aktivitas bertajuk
dakwah atau yang berupa sisipan dakwah dalam acara-acara yang khusus, misalnya
peristiwa pernikahan, khitanan, jumatan, atau lainnya. Selain ini juga ada
dakwah yang dilakukan melalui media massa, seperti televisi, radio, atau media
massa lainnya. Tentu saja semuanya memiliki sejumlah pengaruh bagi para
audiennya. Dakwah islam memang merupakan usaha yang dilakukan oleh para dai
kepada masyarakat agar etika menjadi penganut islam yang benar. Melalui dakwah
islam, maka masyarakat akan dapat menjadi pemeluk islam yang menaati ajaran
agamanya. Dan melalui dakwah islam maka masyarakat yang memegangi prinsip
kehidupan berdasarkan ajaran agama akan didapatkan. Dakwah islam memang sudah
menggunakan pendekatan yang modern.
Dakwah sudah menggunakan medium informasi yang mutakhir. Dakwah
sudah dikemas dengan medium televisi, radio, surat kabar dan sebagainya. Dakwah
sudah menghiasi halaman demi halaman surat kabar, dakwah sudah menghiasi
tayangan demi tayangan medium televisi. Akan tetapi dakwah yang berpusat pada
peningkatan ekonomi umat tentu belumlah menjadi arus utama bagi masyarakat kita.
Strategi dakwah modernitas sebelum membicarakan dakwah modernitas,
sebaiknya apabila lebih dahulu membahas tentang komponen/unsur-unsur pokok
dakwah sebagai sistem komunikasi yang efektif dalam proses pelaksanaan dakwah.
Oleh karena itu, dakwah modernitas adalah dakwah yang dilaksanakan dengan
memperhatikan unsur-unsur penting dakwah tersebut, kemudian subjek atau juru
dakwah menyesuaikan materi, metode, dan media dakwah dengan kondisi masyarakat
modern (sebagai objek dakwah) yang mungkin saja situasi dan kondisi yang terjadi di zaman modern terutama dalam
bidang keagamaman, tidak pernah terjadi pada zaman sebelumnya, terutama di zaman
klasik. Dengan demikian, berarti dakwah
di era modern adalah dakwah yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi dan
keadaan masyarakat modern, baik dari segi materi, metode, dan media yang akan
digunakan. Sebab mungkin saja materi yang disampaikan itu Bagus, tetapi metode
atau media yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi masyarakat modern, maka
dakwah akan mengalami kegagalan. Begitu pula sebaliknya, mungkin saja media
atau metode yang digunakan sesuai dengan kondisi masyarakat modern, akan tetapi
materi yamg disampaikan kurang tepat, apalagi bila tampilan kemasannya kurang
menarik, juga dakwah akan mengalami kegagalan.
Oleh karenanya, untuk mencapai tujuan dakwah yang efektif di era modern maka juru dakwah
seyogainya adalah orang yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, menyampaikan materi atau isi pesan dakwah yang aktual,
dengan menggunakan metode yang tepat dan relevan dengan kondisi masyarakat
modern, serta menggunakan media komunikasi yang sesuai dengan kondisi dan
kemajuan masyarakat modern yang dihadapinya.
[1] M. Khoirul
Anam ,From: http://www. Pendidikan.net/mk-anam.htm, di akses: ( 5
januari 2018).
[2] Hujair.
Sanaky. Jurnal Paradigma Baru Pendidikan Islam. ( di akses tanggal 6
januari 2018).
[3]
Prof.Dr.Darwis
A.Soelaiman, Filsafat Ilmu Pendidikan Untuk Indonesia Masa Kini dan Masa
depan, Hal 20, (Di Akses Tanggal 6 Januari 2018).
[4]
Prof.Dr.Darwis
A.Soelaiman, Filsafat Ilmu Pendidikan Untuk Indonesia Masa Kini dan Masa
depan, Hal 20, (Di Akses Tanggal 6 Januari 2018).
[5]
Prof.Dr.Darwis
A.Soelaiman, Filsafat Ilmu Pendidikan Untuk Indonesia Masa Kini dan Masa
depan, Hal 20, (Di Akses Tanggal 6 Januari 2018).
[6]Zulkarnain, Dakwah
Islam Di Era Modern, Jurnal Risalah, Vol. 26, No. 3, September 2015:
151-158 ( Di Akses Tanggal 6 Januari 2018)
0 komentar:
Posting Komentar